KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo mengatakan bahwa saat ini 70% semen yang beredar di pasar Indonesia sudah masuk dalam kategori semen rendah karbon atau semen ramah lingkungan. "Saat ini lebih dari 70% semen yang beredar di pasar sudah produk semen rendah karbon yang disebut Portland Composite Cement (PCC) dengan kandungan karbon, 32% lebih rendah dari semen Ordinary Portland Cement (OPC)," ungkap Lilik saat dihubungi Kontan, Selasa (19/11). Lilik menambahkan, saat ini industri semen dibawah ASI sedang dalam finalisasi dalam penyusunan Road Map Decarbonization menuju Net Zero Emission 2050. "Dan salah satu action-nya adalah memproduksi semen ramah lingkungan dengan low carbon content, disamping langkah-langkah lain seperti peningkatan efisiensi energi, pemakaian bahan bakar alternatif menggantikan fossil fuel dan inovasi teknologi seperti Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS)," katanya. Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Optimis Catatkan Kinerja Positif hingga Akhir Tahun Untuk diketahui, pemerintah menargetkan penurunan emisi yang dituangkan dalam Enhance Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 dapat menyentuh angka sebesar 31,8% tanpa bantuan International. "Salah satu mitigasi yang sedang berjalan untuk bisa memproduksi 100% semen ramah lingkungan yaitu dengan mengganti semen OPC dengan Semen Hydarulis, Semen Pozzolan dan Semen Slag, dimana kandungan karbonnya lebih rendah antara 21% hingga 38% untuk keperluan pekerjaan konstruksi," jelas Lilik. Adapun, terkait kondisi oversupply alias kelebihan pasokan yang dialami Industri semen, Lilik mengakui bahwa keadaan masih belum berubah. Namun mayoritas semen yang beredar sudah ramah lingkungan. "Saat ini kita masih oversupply, utilisasi pabrik kita hanya sekitar 56%. Seperti dijelaskan diatas, 70% semen yang beredar sudah semen ramah lingkungan dan kita targetkan dalam waktu dekat semen konfesional sudah tidak ada lagi di pasar termasuk untuk penggunaan proyek konstruksi," katanya. Sebagai tambahan informasi, dengan beberapa action yang sudah berjalan, terhitung sejak 2010 intensitas emisi CO2 dari industri semen turun dari Net emisi 726 kg CO2/ton cementitious ke 620 kg CO2/ton cementitious di tahun 2023. "Atau sekitar 15% besar penurunannya. Kita targetkan di 2050 akan mencapai Net Zero Emission. Sedangkan target di 2030 ada penurunan (emisi) terhadap business as usual sekitar 21,6%," tutupnya.
Asosiasi Semen Ungkap 70% Semen yang Beredar di Pasaran Sudah Rendah Karbon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo mengatakan bahwa saat ini 70% semen yang beredar di pasar Indonesia sudah masuk dalam kategori semen rendah karbon atau semen ramah lingkungan. "Saat ini lebih dari 70% semen yang beredar di pasar sudah produk semen rendah karbon yang disebut Portland Composite Cement (PCC) dengan kandungan karbon, 32% lebih rendah dari semen Ordinary Portland Cement (OPC)," ungkap Lilik saat dihubungi Kontan, Selasa (19/11). Lilik menambahkan, saat ini industri semen dibawah ASI sedang dalam finalisasi dalam penyusunan Road Map Decarbonization menuju Net Zero Emission 2050. "Dan salah satu action-nya adalah memproduksi semen ramah lingkungan dengan low carbon content, disamping langkah-langkah lain seperti peningkatan efisiensi energi, pemakaian bahan bakar alternatif menggantikan fossil fuel dan inovasi teknologi seperti Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS)," katanya. Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Optimis Catatkan Kinerja Positif hingga Akhir Tahun Untuk diketahui, pemerintah menargetkan penurunan emisi yang dituangkan dalam Enhance Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 dapat menyentuh angka sebesar 31,8% tanpa bantuan International. "Salah satu mitigasi yang sedang berjalan untuk bisa memproduksi 100% semen ramah lingkungan yaitu dengan mengganti semen OPC dengan Semen Hydarulis, Semen Pozzolan dan Semen Slag, dimana kandungan karbonnya lebih rendah antara 21% hingga 38% untuk keperluan pekerjaan konstruksi," jelas Lilik. Adapun, terkait kondisi oversupply alias kelebihan pasokan yang dialami Industri semen, Lilik mengakui bahwa keadaan masih belum berubah. Namun mayoritas semen yang beredar sudah ramah lingkungan. "Saat ini kita masih oversupply, utilisasi pabrik kita hanya sekitar 56%. Seperti dijelaskan diatas, 70% semen yang beredar sudah semen ramah lingkungan dan kita targetkan dalam waktu dekat semen konfesional sudah tidak ada lagi di pasar termasuk untuk penggunaan proyek konstruksi," katanya. Sebagai tambahan informasi, dengan beberapa action yang sudah berjalan, terhitung sejak 2010 intensitas emisi CO2 dari industri semen turun dari Net emisi 726 kg CO2/ton cementitious ke 620 kg CO2/ton cementitious di tahun 2023. "Atau sekitar 15% besar penurunannya. Kita targetkan di 2050 akan mencapai Net Zero Emission. Sedangkan target di 2030 ada penurunan (emisi) terhadap business as usual sekitar 21,6%," tutupnya.