ASRI membangun sumber pundi-pundi



JAKARTA. Pengembang properti PT Alam Sutera Realty Tbk melihat potret industri properti bakal tumbuh. Perusahaan ini pun optimistis  mampu membidik pendapatan penjualan atau marketing sales senilai Rp 5,8 triliun.

Target marketing sales itu lebih besar 34,88% daripada  realisasi marketing sales tahun lalu. Perusahaan berkode ASRI di Bursa Efek Indonesia itu mengaku membukukan marketing sales Rp 4,3 triliun sepanjang tahun lalu. 

Alam Sutera mempersiapkan sejumlah sumber marketing sales potensial. Berbeda dengan tahun 2014, tahun ini perusahaan tersebut akan lebih banyak mengandalkan penjualan proyek properti ketimbang lahan mentah.


Alam Sutera akan menggenjot penjualan dari tiga proyek properti. Pertama, proyek di Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Ada dua proyek yakni gedung perkantoran Prominence dan apartemen Paddington.

Proyek kedua, proyek di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta. Alam Sutera akan memasarkan unit di gedung perkantoran The Tower.

Proyek ketiga adalah proyek properti di Pasar Kemis, Tangerang, Banten. Target marketing sales proyek di daerah ini Rp 2 triliun.

Proyek-proyek di Serpong, SCBD dan Pasar Kemis itu akan menjadi  andalan Alam Sutera, dan ditargetkan menyokong pendapatannya. Target kontribusi marketing sales proyek di tiga daerah tersebut yakni berkisar antara Rp 4,1 triliun-Rp 4,2 triliun.

Barulah target marketing sales sisanya dari penjualan lahan komersial. Ada dua lahan komersial yang bakal digenjot penjualannya yakni di Serpong dan Sanur, Bali.

Jual lahan komersial

Di Serpong, Alam Sutera membidik marketing sales sekitar Rp 1 triliun. "Target ini lebih kecil dari tahun lalu. "Tahun lalu mencapai Rp 2,4 triliun," beber Corporate Secretary Alam Sutera Hendra Kurniawan kepada KONTAN, Senin (19/1).

Sementara di Sanur, perusahaan itu mamatok target marketing sales antara Rp 500 miliar - Rp 600 miliar. Manajemen Alam Sutera belum bersedia membeberkan rincian rencana skema penjualan lahan komersialnya itu.

Hanya saja, menilik pengalaman sebelumnya, perusahaan itu memilih menjual lahan komersial kepada investor strategis. Sebut saja ketika Alam Sutera melego lahan di Serpong kepada investor asal Singapura, Wing Tai Holdings Limited pada November 2014.  Nilainya sekitar Rp 140 miliar-Rp 150 miliar.

Investor Malaysia juga dikabarkan bakal membeli lahan 2 hektare (ha) milik Alam Sutera di Serpong. Transaksi itu bernilai Rp 500 miliar. Namun, pada Desember 2014 manajemen perusahaan Alam Sutera mengabarkan penundaan transaksi lintas negara itu. Sebab, calon pembeli asal Negeri Jiran tersebut masih harus mengurus proses perizinannya.  

Alam Sutera sudah memberikan hak eksklusif untuk investor Malaysia tersebut. Alhasil, Alam Sutera tak bisa menjual kepada pembeli lain. "Tapi mereka tetap menyatakan mau membeli lahan kami, hanya waktunya yang digeser," pungkas Hendra.  

Menilik laporan keuangan yang berakhir 30 September 2014, Alam Sutera memiliki tanah yang belum dikembangkan seluas 18.519.364 meter persegi (m²). Dari jumlah luas tanah tersebut, 5.578.893 m² sudah atas nama Alam Sutera  sedangkan sisanya atas nama anak perusahaan. 

Sementara catatan aset tidak lancar berupa tanah perusahaan itu berjumlah Rp 7,21 triliun. Dari catatan itu, nilai aset tanah terbesar ada di Kecamatan Pinang, Tangerang, Banten senilai Rp 4,21 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina