ASSA genjot bisnis lelang mobil bekas di 2015



JAKARTA. Jika pelaku usaha lain mengeluhkan dampak kenaikan suku bunga acuan alias BI rate, tidak demikian dengan PT Adi Sarana Armada Tbk. Perusahaan berkode saham ASSA di Bursa Efek Indonesia justru memprediksi bisnis lelang mobil bekasnya bakal makin moncer di 2015.

Prediksi Adi Sarana, kenaikan suku bunga membikin bunga  kredit kendaraan bermotor makin tinggi. Dus, potensi konsumen untuk gagal bayar semakin besar. 

Nah, di sinilah fungsi balai lelang Adi Sarana. "Kami  menawarkan jasa pelelangan bagi pihak perbankan atau leasing yang ingin melelang mobil-mobil tarikan," ujar Direktur Adi Sarana Armada Hindra Tanujaya kepada KONTAN, (17/12). 


Dalam menjalankan bisnis itu, Adi Sarana mengutip biaya 3%-4% dari harga yang terbentuk. Berangkat dari pengalaman perusahaan itu melakoni bisnis lelang sejak Juni 2014, rentang harga lelang adalah Rp 150 juta per mobil. Jadi, perusahaan itu mengantongi pendapatan Rp 4,5 juta–Rp 6 juta per mobil.

Jadwal Adi Sarana, lelang dilakukan dua kali dalam sebulan. Jadi, sejak Juni hingga akhir tahun ini sudah terjadi  14 kali lelang. Rata-rata  per bulan perusahaan itu melelang 200 unit mobil. Itu berarti, Adi Sarana sudah melelang sekitar 2.800 unit mobil.

Sementara tahun depan perusahaan itu memprediksi bisa melelang 5.000 mobil gagal bayar. Masih dengan asumsi biaya lelang yang dikutip sama dengan tahun ini, Adi Sarana berpotensi mengantongi pendapatan dari bisnis lelang sebesar Rp 22,5 miliar–Rp 30 miliar. 

Memang kalau dari sisi nominal pendapatan, proyeksi pendapatan bisnis lelang itu tak begitu besar. Namun, menariknya, pendapatan dari bisnis lelang itu nyaris semua dicatatkan sebagai laba bersih. "Karena cuma dikurangi operational expenditure sedikit, lah," tutur Hindra.

Sebagai gambaran, hingga September 2014, Adi Sarana mencatatkan pendapatan jasa lelang Rp 341,08 juta. Pencapaian pendapatan itu hanya setara 0,04% terhadap total pendapatan Rp 828,89 miliar.

Sayang, proyeksi menggiurkan di bisnis lelang tak terjadi di bisnis lain. Merosotnya harga batubara nyatanya membikin sejumlah konsumen Adi Sarana dari perusahaan pertambangan mengurangi kegiatan, bahkan gulung tikar.

Alhasil, manajemen perusahaan itu tak berani mematok target pertumbuhan pendapatan agresif. Adi Sarana mentok memprediksi pertumbuhan pendapatan 15% tahun depan atau Rp 1,24 triliun.

Sebagai catatan, Adi Sarana optimistis bisa membukukan pendapatan Rp 1,08 triliun sepanjang tahun ini. Proyeksi itu berangkat dari perkiraan tambahan perolehan pendapatan Rp 250 miliar dari September sampai Desember 2014. Proyeksi pendapatan itu kemudian ditambahkan dengan torehan pendapatan sembilan bulan pertama tahun ini sebesar Rp 828,89 miliar.

Selain mengembangkan bisnis lelang, Adi Sarana masih berstrategi sama dengan tahun ini. Perusahaan itu akan menambah armada mobil. Rencananya, Adi Sarana akan belanja 3.500 - 4.000 unit mobil baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina