Astra International (ASII) rilis kinerja kuartal I, berikut rekomendasi analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII, anggota indeks Kompas100) merilis kinerja perusahaan serta anak perusahaannya di kuartal I-2019. 

Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto menilai kinerja grup Astra cukup baik didukung oleh peningkatan kontribusi dari beberapa unit bisnis grup seperti jasa keuangan, kontraktor penambangan, serta bisnis tambang emas yang baru diakuisisi. 

“Meski begitu ke depan masih ada tantangan pada lemahnya permintaan dan ketatnya persaingan di pasar mobil serta penurunan harga komoditas seperti crude palm oil,” kata Prijono dalam keterangan resminya, Rabu (24/4).


Meski begitu, laba serta pendapatan ASII di kuartal I tahun 2019 naik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. 

Tercatat, pendapatan bersih grup mencapai Rp 59,61 triliun atau naik 7% di banding kuartal I-2018. Kenaikan pendapatan itu juga diikuti oleh kenaikan labanya sebesar 5% menjadi Rp 5,22 triliun. 

Dari berbagai sektor usaha grup, tercatat perusahaan dari sektor otomotif yaitu PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), sektor agribisnis yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan sektor teknologi informasi yakni PT Astra Graphia Tbk (ASGR) mengalami penurunan. Laba bersih dari unit bisnis otomotif grup misalnya turun 10% menjadi Rp 1,9 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan volume penjualan mobil dan kenaikan biaya material pada bisnis manufaktur.

Penjualan mobil secara nasional turun 13% menjadi 254.000 unit. Meski begitu, penjualan mobil Astra hanya menurun sebesar 5% menjadi 134.000 unit, sehingga pangsa pasar Astra meningkat dari 49% menjadi 53% pada kuartal I-2019. 

Beruntung, bisnis komponen otomotif ASII mengalami peningkatan laba bersih sebesar 9% menjadi Rp 159 miliar dibanding kuartal I-2018.

Perusahaan Astra dari sektor agribisnis yaitu AALI juga mengalami penurunan laba cukup curam yakni sebesar 89%. Laba AALI turun menjadi Rp 30 miliar bila dibandingkan kuartal I tahun 2018 lalu. Penurunan itu disebabkan oleh lesunya harga minyak kelapa sawit sebesar 20% menjadi Rp 6.252 per kilogram (kg) dibandingkan dengan rata-rata pada kuartal I-2018. Penurunan tersebut belum dapat diimbangi oleh kenaikan volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya sebesar 25% menjadi 599.000 ton.

PT Astra Graphia (ASGR) juga mengalami penurunan laba bersih 26% menjadi Rp 26 miliar pada kuartal I-2019.

Meski begitu, sektor lain perusahaan ASII mengalami peningkatan. PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang 44,6% sahamnya dimiliki grup mencatat kenaikan laba bersih yang signifikan menjadi Rp 377 miliar dibandingkan dengan Rp 164 miliar pada kuartal pertama tahun 2018.

Kenaikan itu disokong oleh kenaikan tingkat pemulihan kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) dan bersih (net NPL) bank masing-masing sebesar 3,8% dan 1,6% pada akhir Maret 2019. Bila dibandingkan dengan akhir tahun 2018, rasio gross NPL BNLI sebesar 4,4% dan rasio net NPL-nya sebesar 1,7%.

Selain itu, unit usaha pertambangan Astra yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR) juga menorehkan kinerja mentereng di kuartal I 2019 ini. UNTR mengalami peningkatan laba bersih sebesar 21% menjadi Rp3,1 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 lalu. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja pada bisnis kontraktor penambangan dan kontribusi dari operasi penambangan emas yang diakuisisi pada bulan Desember 2018.

Melihat kinerja ASII di kuartal I-2019, analis Bina Artha Sekuritas Nafan Aji mengatakan prospek grup ASII masih baik ke depannya terutama untuk sektor yang pada kuartal I mengalami penurunan.

Nafan mengatakan, masih ada katalis positif bagi beberapa bisnis grup Astra. Sektor agribisnis misalnya menurut Nafan masih bisa mengeruk potensi sentimen positif dari dalam negeri dengan rencana pemberlakuan program B20 oleh pemerintah. 

“Belum lagi nanti akan ditingkatkan hingga B100. Juga usaha pemerintah untuk mengajukan banding untuk embargo dari Uni Eropa serta usaha ekspansi CPO Indonesia ke pasar lain,” ujar Nafan ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (24/4).

Begitu juga dengan sektor otomotif. Kenaikan penjualan produk mobil Astra di tengah permintaan otomotif yang menurun membuat unit usaha ini masih menarik sepanjang tahun 2019. 

Nafan memproyeksikan, pendapatan ASII di penghujung tahun 2019 nanti bisa naik 3,35% menjadi Rp 247,21 triliun. Sementara itu laba bersih ASII pada tahun 2019 diproyeksikan meningkat hingga 8,8% di kisaran Rp 23,58 triliun.

Sementara itu, analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas cenderung dovish dalam melihat proyeksi ASII tahun ini. 

Menurutnya dengan kondisi pendapatan di kuartal I-2019, potensi pertumbuhan laba serta pendapatan ASII hanya akan bergerak di kisaran 3%-7%. “Bila benar maka pertumbuhan tahun ini tidak akan sebagus tahu lalu dimana pertumbuhannya mencapai 16% secara tahunan,” tutur Sukarno.

Nafan maupun Sukarno sama-sama menjagokan UNTR sebagai emiten yang paling menarik untuk diamati dari grup Astra. Nafan bilang peningkatan harga jual batubara kalori rendah dan rendahnya diskon jasa kontraktor penambang batu bara bisa berkontribusi bagi kinerja fundamental perusahaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi