Astra Land tertarik bangun TOD Kereta Cepat, ini kata KCIC



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sejumlah pengembang swasta sangat mendukung pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD) ke depan. Sebagian dari perusahaan properti itu menyatakan berminat untuk berkolaborasi dengan perusahaan pelat merah yang ditunjuk mengembangkan proyek-proyek TOD termasuk di sekitar jalur kereta cepat Jakarta- Bandung.

PT Astra Land Indonesia (ALI) misalnya mendukung 100% pengembangan kawasan TOD. Perusahaan kongsi Astra Properti dan Hongkong Land ini sudah berkali-kali mengajukan untuk ikut sama-sama mengembangkan proyek TOD yang diamatkan ke perusahaan BUMN namun tidak diberikan.

"Proyek TOD hanya diberikan dikelola oleh BUMN. Kami sangat tertarik bangun kawasan TOD tetapi sampai sekarang belum dikasih. Kami sudah beberapa kali ngomong, tetapi mereka mintanya kami masuk lewat investasi bukan membangun sama-sama. Kalau investasi kami tidak tertarik karena Astra Land Indonesia developer bukan investor," jelas Wibowo Muljono, Presiden Direktur ALI pada Kontan.co.id, Jumat (2/11).


Wibowo mengatakan, proyek kereta cepat Jakarta Bandung memang tidak akan menghasilkan banyak keuntungan. Menurutnya, keuntungan paling besar hanya berasal dari pengembangan kawasan-kawasan baru di sekitar stasiun proyek tersebut. "Makanya mereka tidak mau menawarkan kolaborasi, kalau nawarin pasti yang kecil-kecil saja," ujarnya.

Sutedja Darmono, Presiden Grahabuana Cikarang juga mengaku tertarik ikut berkolaborasi dengan perusahaan BUMN mengembangkan kawasan-kawasan TOD jika ditawarkan, termasuk di sekitar proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

"Kita sudah kerjasama dengan PP properti mengembangkan proyek di Jababeka. Kami juga terbuka ikut bekerjasama dengan BUMN mengembangkan proyek TOD yang mereka pegang. Saat ini pengembangan TOD mandatnya diberikan ke BUMN, kalau kami mau ingin garap TOD mau tidakmau harus berkolaborasi dengan mereka," jelas Sutedja.

Seperti diketahui, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) akan mengembangkan TOD di empat titik stasiun proyek kereta cepat yang sedang mereka bangun yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar.

Kawasan TOD tersebut ditargetkan akan menjadi kota-kota baru yang didalamnya akan dibangun kawasan bisnis berkelas internanasional, MICE, medical district, pusat riset dan pengembangan, kawasan pendidikan, dan lain-lain. Total lahan yang akan dikembangkan menjadi TOD sekitar 1.800 hektare (ha). Rinciannya, 250 ha di Karawang, 1.278 ha di Walini, di Halim 18,6 ha dan sisanya di Tegalluar.

Menurut Vianda M Mangan, General Manager Project Development KCIC, total nilai valuasi keempat kawasan TOD tersebut akan mencapai Rp 362 triliun. Sementara kalkulasi laba yang akan diperoleh dari pengembangan kota-kota baru tersebut akan mencapai sekitar Rp 95 triliun- Rp 100 triliun.

Dalam mengembangkan kawasan TOD tersebut, KCIC akan menggarap master plan-nya saja mirip seperti peranan ITDC dalam mengembangkan Nusa Dua dan Mandalika. Nantinya, mereka akan menggandeng banyak investor atau developer dalam membangun kawasan tersebut. "Jadi kami akan pasarkan lahan kavling paling kecil 3,8 ha untuk dikerjasamakan dengan skema build and operated (BOT)," jelasnya.

Keempat kawasan TOD tersebut nantinya akan dikembangkan secara bersamaan. Sedangkan untuk pembangunan infrastrukturnya sudah masuk dalam paket kontrak kontruksi pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Invetasinya sekitar US$ 40 juta.

Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung ditargetkan akan beroperasi pada pertengahan 2021. Proyek ini digarap oleh KCIC yang merupakan perusahaan patungan konsorsium BUMN Indonesia dan BUMN China dengan menelan investasi US$ 6,071 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini