KONTAN.CO.ID - Mimpi PT Astra International Tbk atawa Grup Astra menggeluti bisnis setrum akhirnya terwujud. Melalui PT United Tractors Tbk, mereka menandai proses pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa IV di Jepara, Jawa Tengah lewat tahap
groundbreaking. Dalam debut perdana itu, United Tractors bergabung dalam konsorsium bersama dengan Sumitomo Corporation Group dan The Kansai Electric Power Co., Inc. Group. Ketiganya berhimpun di bawah bendera PT Bhumi Jati Power. Total kopral nilai investasi PLTU Jawa IV atau yang juga disebut dengan PLTU Tanjung Jati Unit 5 dan 6, mencapai US$ 4,2 miliar. Boy Gemino Kalauserang, Direktur PT Bhumi Jati Power mengatakan, sumber pendanaannya terdiri dari 20% kas internal dan 80% pinjaman sindikasi perbankan.
Target pembangunan PLTU Jawa IV hingga selesai memakan waktu 50-54 bulan atau hingga tahun 2021. "EPC
contractor-nya itu dari Sumitomo dan PT Wasa Mitra Engineereing," ujar Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk saat ditanya KONTAN di Jepara, Jawa Tengah, Kamis (31/8). Segera setelah pembangunan PLTU Jawa IV rampung, United Tractors bisa segera menikmati pendapatan penjualan listrik. Hanya saja, mereka tak memberkan proyeksi pendapatannya. Manajemen United Tractors hanya mengatakan, tarif listrik dalam perjanjian jual-beli atau
power purchase agreement (PPA) PLTU Jawa IV di bawah tarif maksimum yang ditetapkan pemerintah. "Jadi peraturan ESDM kan menetapkan masimum 6,3 sen per kwh, kami jauh di bawah itu," terang Iwan Hadiantoro, Direktur PT United Tractors Tbk di Jepara, Jawa Tengah Kamis (31/8). Kesepakatan tarif PPA antara Bhumi Jati Power dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berlaku selama 25 tahun sejak beroperasi. Jadi, selama itu pula United Tractors sebagai salah satu pemegang saham Bhumi Jati Power menikmati pendapatan rutin dari penjualan listrik. Selain dari penjualan listrik, United Tractors juga berpotensi menikmati pendapatan dari penjualan batubara untuk bahan bakar PLTU Jawa IV. Pembangkit listrik berkapasitas 2x1.000 megawatt (MW) itu butuh 7 ton batubara per tahun. Nah, United Tractors kebagian jatah untuk menyuplai sepertiganya. Mengincar proyek lain Sementara dua pertiga kebutuhan batubara selebihnya berasal dari pemasok lain. Beberapa pemasok seperti PT Kaltim Prima Coal, PT Kideco Jaya Agung, PT Jembayan Muarabara, PT Asmin Bara Bronang dan PT Prima Multi Mineral. Menurut jadwal, kepastian pasokan batubara harus sudah ada sejak setahun sebelum pembangunan proyek PLTU Jawa IV rampung. "Sekitar tahun 2020 awal
commissioning kami sudah
secure supply-nya, jadi kerjasama pasokan akan berlangsung selama 25 tahun ke depan," beber Iwan.
Keterlibatan United Tractors dalam proyek PLTU Jawa IV adalah bagian dari rencana meningkatkan kontribusi pendapatan non pertambangan. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham UNTR di Bursa Efek Indonesia itu ingin, 20% porsi bisnis non tambang saat ini, naik menjadi 35% ke depan. Dus, Grup Astra berharap ada proyek setrum lain pasca PLTU Jawa IV. "Kami harap ke depan bisa berkontribusi dalam energi baru dan terbarukan yang sejalan dengan program Presiden Joko Widodo" tutur Prijono Sugiarto, Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk di Jepara Kamis (31/8). Dua jenis pembangkit listrik yang masuk bahan pertimbangan United Tractors selanjutnya yakni pembangkit listrik mulut tambang dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Untuk PLTA, mereka mengincar lokasi di Kalimantan dan Sulawesi. Menurut United Tractors, kedua lokasi tersebut kaya dengan sumber daya air. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto