JAKARTA. PT Astra Sedaya Finance (ASF) mengerem pembiayaan alat beratnya. Perusahaan bahkan memangkas porsi pembiayaan khusus alat berat. Melemahnya harga komoditas perkebunan dan pertambangan dikhawatirkan dapat memicu kenaikan angka kredit macet. Jodjana Jody, Direktur Utama PT Astra Sedaya Finance (ASF) menjelaskan, dari target pembiayaan tahun ini yang sebesar Rp 25 triliun, pembiayaan alat berat awalnya diprediksi hanya akan berkontribusi 5%. Namun memasuki semester II, target tersebut kembali dipangkas menjadi 2%. Sekedar informasi, tahun lalu, porsi pembiayaan alat berat ASF mencapai 8%. Perusahaan memilih memperkecil kontribusi pembiayaan alat berat karena terjadi pelemahan harga jual komoditas. "Kalau tidak diperkecil bakal rusak bisnis kami. Akibatnya terpengaruh terhadap angka kredit macet. Sebab, meski kecil tapi nilai pembiayaan yang diberikan besar," papar Jodjana, Senin (14/9). Pada Agustus ini dari total nilai pembiayaan sebesar Rp 15,5 triliun porsi pembiayaan alat berat hanya 5% atau berkisar Rp 775 miliar. ASF juga akan lebih selektif dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah khusus alat berat. Jodjana mengatakan, pihaknya hanya memberikan kepada nasabah existing yang memang memiliki track record pembiayaan baik. "Mereka yang punya project based misalnya punya usaha rental atau perkebunan baru kami biayai," ujarnya.
Astra Sedaya pangkas pembiayaan alat berat
JAKARTA. PT Astra Sedaya Finance (ASF) mengerem pembiayaan alat beratnya. Perusahaan bahkan memangkas porsi pembiayaan khusus alat berat. Melemahnya harga komoditas perkebunan dan pertambangan dikhawatirkan dapat memicu kenaikan angka kredit macet. Jodjana Jody, Direktur Utama PT Astra Sedaya Finance (ASF) menjelaskan, dari target pembiayaan tahun ini yang sebesar Rp 25 triliun, pembiayaan alat berat awalnya diprediksi hanya akan berkontribusi 5%. Namun memasuki semester II, target tersebut kembali dipangkas menjadi 2%. Sekedar informasi, tahun lalu, porsi pembiayaan alat berat ASF mencapai 8%. Perusahaan memilih memperkecil kontribusi pembiayaan alat berat karena terjadi pelemahan harga jual komoditas. "Kalau tidak diperkecil bakal rusak bisnis kami. Akibatnya terpengaruh terhadap angka kredit macet. Sebab, meski kecil tapi nilai pembiayaan yang diberikan besar," papar Jodjana, Senin (14/9). Pada Agustus ini dari total nilai pembiayaan sebesar Rp 15,5 triliun porsi pembiayaan alat berat hanya 5% atau berkisar Rp 775 miliar. ASF juga akan lebih selektif dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah khusus alat berat. Jodjana mengatakan, pihaknya hanya memberikan kepada nasabah existing yang memang memiliki track record pembiayaan baik. "Mereka yang punya project based misalnya punya usaha rental atau perkebunan baru kami biayai," ujarnya.