KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pengetatan kebijakan likuiditas, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk optimistis bisnis perbankan secara nasional tetap positif. Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengakui sektor perbankan akan menghadapi tantangan normalisasi kebijakan terutama dengan kenaikan rasio giro wajib minimum GWM. Maklum, kenaikan rasio GWM berpotensi mengurangi likuiditas secara bertahap. Namun, ia optimistis fungsi intermediasi perbankan akan terus membaik, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.
“Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,17%, kami melihat pertumbuhan kredit perbankan akan membaik dan mencapai 7,5% pada akhir tahun,” ujar Panji secara virtual, Rabu (22/6).
Baca Juga: Normalisasi Kebijakan Moneter, BI Menyedot Likuiditas Perbankan Hingga Rp 300 Triliun Terlebih, sektor perbankan terus mengalami perbaikan dengan pulihnya permintaan domestik seiring menurunnya kasus dan membaiknya penanganan pandemi. Pertumbuhan kredit terus terakselerasi dan tumbuh positif. “Pada bulan April, pertumbuhan kredit mencapai 9,1% year on year (yoy). Secara year-to-date, pertumbuhan kredit perbankan nasional telah mencapai 3,8%,” paparnya. Panji melanjutkan, dana pihak ketiga (DPK) perbankan terus tumbuh tinggi, sebesar 10,1% yoy pada bulan April 2022. Tingginya pertumbuhan DPK mendorong terjaganya likuiditas perbankan. “Rasio
loan to deposit (LDR) yang mencerminkan likuiditas perbankan masih rendah pada 80%, meski jika dibandingkan bulan sebelumnya rasio LDR terlihat meningkat sejalan akselerasi pertumbuhan kredit,” jelasnya. Dalam tiga bulan pertama 2022, Bank Mandiri berhasil menangkap momentum pertumbuhan ekonomi dan mencatat kinerja positif. Seiring dengan ekonomi yang membaik, Bank Mandiri berhasil mencetak laba bersih konsolidasi sepanjang kuartal I 2022 sebesar Rp 10 triliun atau tumbuh 70% secara tahunan Kinerja bisnis yang baik tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan kredit yang secara konsolidasi tumbuh sebesar 8,93% yoy mencapai Rp 1.072,9 triliun pada kuartal I 2022. Pertumbuhan kredit ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri yang sebesar 6,67% yoy.
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Sebut RI Bisa Raih Keuntungan dari Ketidakpastian Global Saat Ini Pertumbuhan kredit tersebut juga selaras dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri yang menembus Rp 1.269,0 triliun atau tumbuh 7,42% yoy. Pertumbuhan DPK tersebut utamanya ditopang digitalisasi melalui implementasi Livin’ by Mandiri dan Kopra by Mandiri.
Digitalisasi ini telah mendorong peningkatan dana murah atau
current account and saving account (CASA Bank Only) untuk tumbuh 10,93% yoy menjadi Rp 748,6 triliun. Rasio CASA terhadap total
funding mencapai 75,0%, jauh di atas rata-rata industri perbankan. “Realisasi gemilang ini berhasil mendorong pertumbuhan aset Bank Mandiri di akhir kuartal pertama tahun 2022 menjadi Rp 1.734,1 triliun. Tumbuh sebesar 9,47% secara tahunan,” tukasnya. Ia optimistis kinerja Bank Mandiri akan terus membaik di tahun 2022, didorong oleh perbaikan ekonomi nasional yang terus berlanjut dan juga perbaikan kinerja industri perbankan secara keseluruhan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi