Asumsi ICP dan pertumbuhan ekonomi bakal direvisi



JAKARTA. Pemerintah bersiap melakukan percepatan APBN perubahan (APBNP) 2012. Pasalnya, gejolak ekonomi global membuat beberapa indikator asumsi makro seperti kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) terus merangkak naik dan menurunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan Kemenkeu terus mempersiapkan revisi APBN untuk menjaga agar APBN tetap sehat. "Pemerintah sedang mewaspadai untuk melakukan APBNP yang akan diputuskan oleh presiden setelah mempertimbangkan berbagai masukan dan melihat kondisi di lapangan," jelasnya Selasa (14/2). Agus menambahkan, menurut UU MD3, jika pemerintah mengajukan APBNP pada awal Maret mendatang, dan pembahasannya membutuhkan waktu sekitar satu bulan di DPR maka APBNP akan bisa diselesaikan pada akhir Maret. Menurutnya, pemerintah telah bersiap untuk melakukan percepatan APBNP sejak November 2011 lalu ketika kondisi global terus bergejolak.

Percepatan APBNP ini dirasa sangat perlu mengingat kondisi ekonomi global makin memburuk. Agus menggambarkan, saat ini salah satu indikator makro yang sudah jauh melampaui asumsinya adalah ICP. Pada 6 Januari lalu harga ICP ada di kisaran US$ 124,93 per barel dan terus meningkat menjadi US$ 129,06 per barel pada 10 Februari. Padahal, di dalam APBN 2012 asumsi ICP dipatok sebesar US$ 90 per barel. Di sisi lain, pencapaian lifting minyak mentah Indonesia masih jauh di bawah target yang dipatok. Tahun lalu saja, realisasi lifting minyak mentah hanya 898.000 barel per hari dari target yang dipatok dalam APBNP sebesar 945.000 barel per hari. Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menjelaskan harga ICP saat ini sudah jauh di atas rata-rata asumsi. "Rata-rata ICP saat ini sekitar US$ 105 - US$ 110 per barel. Makanya, harga ICP jadi perlu ada pembahasan di APBNP, karena deviasi ini imbasnya akan cukup besar di subsidi," ujarnya. Di luar itu, Agus bilang koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh beberapa lembaga internasional akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Seperti diketahui, pada tahun ini proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia diturunkan dari 4% menjadi 3,3%. Akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global, Anny bilang sudah pasti akan ada imbas terhadap target pertumbuhan ekonomi yang dalam APBN 2012 dipatok 6,7%. Ini terjadi karena penurunan kinerja ekspor yang sudah terlihat sejak lima bulan terakhir tahun 2011 lalu. Hanya saja, Anny masih optimis pemerintah akan bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang lumayan tinggi dengan dorongan percepatan melalui percepatan belanja pemerintah pusat, dan mengoordinasikan pendanaan MP3EI dengan BUMN dan kerjasama pemerintah dan swasta. Sehingga, "(Kalau terjadi revisi) itu antara 6,5% - 6,6%, tidak akan jauh dari 6,7%," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: