Asumsi ICP di 2024 Diproyeksi Naik Jadi US$ 85 per Barel, Berpotensi Membebani APBN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan harga minyak global terus meningkat beberapa waktu terakhir. Mengacu pada data Trading Economics, harga minyak mentah dunia diperkirakan terus menguat hingga tahun depan. Sampai akhir tahun ini, harga minyak mentah Brent diprediksi naik sampai US$  96,5 per barel dan menguat hingga US$ 104,2  per barel tahun depan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman memperkirakan, meningkatnya harga minyak tersebut akan berpengaruh pada harga minyak mentah (Indonesia Crude Price/ICP) tahun depan.

Dia memperkirakan, asumsi ICP akan ada do level US$ 85 per barel, meningkat dari asumsi pemerintah sebesar US$ 82 per barel. menurutnya, meningkatnya asumsi tersebut akan berdampak pada beban APBN yang makin meningkat.


“(APBN) pastinya akan jebol karena ICP di atas target dalam APBN 2024. Kecenderungan semakin naiknya harga minyak dunia, maka akan mempengaruhi asumsi makro ekonomi dalam APBN 2024,” tutur Rizal kepada Kontan.co.id, Kamis (21/9).

Baca Juga: Waspada Tren Kenaikan Harga Minyak Global, Begini Pandangan Kemenkeu

Maka dari itu, Rizal menghimbau agar pemerintah melakukan antisipasi serta mitigasi sejak awal terhadap trend kenaikan harga minyak mentah dunia. mengingat tahun ini dan tahun depan adalah tahun politik, yang erat kaitannya dengan konsumsi rumah tangga yang sangat masif.

Rizal juga berpendapat, target pertumbuhan ekonomi tahun 2024 juga sangat dipengaruhi oleh perubahan asumsi makro, khususnya harga ICP dalam APBN 2024. Jika harga minyak dunia melebihi asumsi ICP yang ditetapkan pemerintah, maka beban fiskal yang sudah ditetapkan dalam APBN 2024 akan semakin berat.

Penyesuaian ruang fiskal yang sempit, kata Dia, akan menjadi tantangan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tahun 2024 syang dipatok sebesar 5,2%.

“Dengan kata lain, besar peluangnya, dampak dari adanya trend kenaikan harga minyak dunia di atas atau melebihi besaran ICP yang ditetapkan APBN 2024 akan mempersulit capaian pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, kenaikan harga minyak mentah dunia juga, selain memicu ICP, akan juga menstimulasi inflasi dan nilai tukar. Inflasi akan dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak sebagai energi yang merupakan bagian dari biaya hidup rumah tangga dan menjadi biaya variabel industri.

Baca Juga: Harga Minyak Turun, Ekspektasi Kenaikan Bunga AS Mengimbangi Pasokan yang Ketat

“Akibatnya konsumsi rumah tangga akan menurun akibat harga barang dan jasa meningkat,” imbuhnya.

Sebagai informasi, harga minyak mentah dunia terus menguat berada di atas US$ 94 per barel pada hari Senin (18/9). Dinamika itu terjadi akibat keputusan negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC+), seperti Arab Saudi dan Rusia, untuk mengurangi produksi minyak hingga 1,3 juta barel sampai Desember 2023.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 52 sen menjadi US$ 94,45 per barel pada pukul 1039 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 66 sen pada US$ 91,43.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari