Asumsi kurs berubah jadi Rp 12.000 per dollar AS



JAKARTA. Menteri keuangan Bambang Brodjonegoro memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah di tahun 2015 akan lebih lemah dibandingkan sebelumnya. Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2015 lalu, asumsi rata-rata kurs sebesar Rp 11.900 per dollar AS.

Menurut Bambang, pemerintah akan merubah proyeksi asumsi nilai tukar menjadi Rp 12.000 per dollar AS. Hal itu dikarenakan prospek perekonomian Indonesia yang akan mengalami penurunan, seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi di China.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi di China membuat ekspektasi pertumbuhan ekspor juga melambat. Hal itu mengingat, China merupakan mitra dagang utama Indonesia. Di sisi lain, kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) juga menunjukkan perbaikan sehingga membuat mata uang Negeri Paman Sam itu menguat.


Menurut Bambang, pergerakan nilai tukar rupiah memang dipengaruhi oleh persepsi pasar. "Kita tidak bisa mengontrol market seperti mengontrol yang lain," ujar Bambang, Selasa (9/12) di Jakarta.

Dampak dari perubahan asumsi nilai tukar ini akan berimbas pada berubahnya formulasi penghitungan subsidi energi. Sebab, sebagian besar kebutuhan energi seperti bahan bakar minyak (BBM) berasal dari impor. Tentu saja, semakin melemah nilai tukar, semakin tinggi nilai impor energi tersebut.

Selain merevisi nilai tukar, pemerintah juga akan merevisi defisit pada anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P) tahun 2015 nanti. Jika pada APBN 2015 defisitnya ditargetkan sebesar 2,2%, maka dalam APBN-P 2015 nanti menurut Bambang akan berada di kisaran 2% saja.

Hal itu imbas dari pengurangan belanja subsidi, dan pemangkasan sejumlang anggaran belanja di kementerian/lembaga (K/L). Sebut saja seperti anggaran perjalanan dinas yang dipangkas hingga Rp 16 triliun, pemangkasan anggaran dari pelaksanaan lelang proyek dengan cara mempersingkat waktu pelelangannya, hingga penghematan dari pelarangan pembangunan gedung atau kantor baru pemerintahan melalui moratorium aturan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie