Asumsi Kurs Rupiah Pengaruhi Emiten Kesehatan, Begini Kata Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan parlemen belum lama ini menyepakati asumsi dasar ekonomi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2025. 

Untuk nilai tukar rupiah dipatok di level Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Angka ini lebih rendah dari usulan pemerintah sebelumnya Rp 16.100 per dolar AS.

Penetapan asumsi kurs rupiah tersebut dinilai akan memberikan dampak pada emiten di sektor kesehatan, khususnya farmasi yang memiliki ketergantungan terhadap impor bahan baku.


Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menyampaikan bahwa pengaruh dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tergantung pada strategi perusahaan untuk menjaga performanya. 

Baca Juga: Asumsi Kurs Rupiah Rp 16.000 per Dolar AS di 2025, Ini Kata Kalbe Farma (KLBF)

Misal, perusahaan bisa saja melakukan hedging sehingga pelemahan nilai tukar rupiah tidak begitu terdampak pada naiknya cost yang signifikan.

"Kami mengharapkan pergerakan dolar AS akan bisa stabil sehingga bisa mempermudah emiten seperti healthcare (kesehatan) membuat rencana dan strategi yang jelas," kata Azis kepada Kontan, Senin (9/9).

Azis merekomendasikan trading buy saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan target harga Rp 1.875 per saham.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan bahwa sektor kesehatan (IDX Healthcare) masih berada di fase uptrend dalam jangka menengahnya. 

"Dan diperkirakan masih berpeluang untuk menguji rentang area 1.539-1.571," ujar Herditya kepada Kontan, Senin (9/9).

Herditya merekomendasikan buy on weakness untuk saham PT Kalbe Farma (KLBF) dengan target harga Rp 1.825 - Rp 1.870, kemudian speculative buy untuk saham PT Kimia Farma (KAEF) dan PT Medikaloka Hermina (HEAL) dengan masing-masing target harga Rp 795 - Rp 840 dan Rp 1.325 - Rp 1.370.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi