Optimistis. Itulah yang tercermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang Rabu (25/10) disepakati DPR. Optimisme itu tampak dari besaran belanja negara sebesar Rp 2.220,7 triliun, lebih besar dibandingkan APBN Perubahan (APBNP) 2017 sebesar Rp 2.133 triliun. Sementara Penerimaan pajak ditargetkan Rp 1.618,1 naik 9,9% dibandingkan APBNP 2017 sebesar Rp 1.472,7 triliun. Asumsi makro tak kalah optimistisnya. Pertumbuhan ekonomi 2018 diasumsikan 5,4%; inflasi 3,5%; rupiah Rp 13.400 per dollar AS; dan harga minyak (ICP) diasumsikan US$ 48 per barel. Realistiskah asumsi dan target-target tersebut? Selain target penerimaan pajak yang mendapat kritik pedas - lantaran nyatanya pendapatan pajak berkali-kali meleset dan tax ratio terus turun- ada asumsi makro 2018 yang berpotensi meleset. Salah satunya, harga minyak. Saat ini trader besar minyak dunia terpecah. Kubu bearish memperkirakan harga minyak mentah akan turun ke US$ 45 per barel seiring gelombang ekspansi minyak AS. Sementara di sisi bullish, sebagian besar trader memprediksi harga minyak mentah 2018 bisa di atas US$ 60 per barel seiring naiknya permintaan dan membaiknya ekonomi dunia dan pemangkasan produksi oleh OPEC. 'Perpecahan' pasar yang tajam ini menunjukkan betapa besarnya ketidakpastian harga minyak tahun depan.
Asumsi minyak
Optimistis. Itulah yang tercermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang Rabu (25/10) disepakati DPR. Optimisme itu tampak dari besaran belanja negara sebesar Rp 2.220,7 triliun, lebih besar dibandingkan APBN Perubahan (APBNP) 2017 sebesar Rp 2.133 triliun. Sementara Penerimaan pajak ditargetkan Rp 1.618,1 naik 9,9% dibandingkan APBNP 2017 sebesar Rp 1.472,7 triliun. Asumsi makro tak kalah optimistisnya. Pertumbuhan ekonomi 2018 diasumsikan 5,4%; inflasi 3,5%; rupiah Rp 13.400 per dollar AS; dan harga minyak (ICP) diasumsikan US$ 48 per barel. Realistiskah asumsi dan target-target tersebut? Selain target penerimaan pajak yang mendapat kritik pedas - lantaran nyatanya pendapatan pajak berkali-kali meleset dan tax ratio terus turun- ada asumsi makro 2018 yang berpotensi meleset. Salah satunya, harga minyak. Saat ini trader besar minyak dunia terpecah. Kubu bearish memperkirakan harga minyak mentah akan turun ke US$ 45 per barel seiring gelombang ekspansi minyak AS. Sementara di sisi bullish, sebagian besar trader memprediksi harga minyak mentah 2018 bisa di atas US$ 60 per barel seiring naiknya permintaan dan membaiknya ekonomi dunia dan pemangkasan produksi oleh OPEC. 'Perpecahan' pasar yang tajam ini menunjukkan betapa besarnya ketidakpastian harga minyak tahun depan.