Asumsi nilai tukar rupiah perlu diubah jika...



Surabaya. Bank Indonesia (BI) memang belum merevisi target proyeksi nilai tukar rupiah untuk tahun 2017. Meskipun dalam satu bulan terakhir rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS).

Sejak awal November hingga 16 November 2016 saja, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,53% menjadi Rp 13.378 per dolar AS. Hal itu diakibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca Pemilu AS.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, sejak Donald Trump terpilih terjadi volatilitas di pasar keuangan. Namun, ini bersifat sementara sampai ada kejelasan arah kebijakan kabinet Trump terbentuk pada Januari nanti.


Barulah, setelah ada kebijakan maka BI akan melihat kembali dampak yang akan terjadi. "Mungkin outlook (rupiah) berubah, tetapi untuk mengubah outlook harus menunggu kebijakannya bagaimana," ujar Mirza, Kamis (24/11) di Jakarta.

Mirza menjelaskan, jika Donald Trump benar-benar melaksanakan kebijakan seperti yang dia sampaikan saat kampanye, artinya Ia akan mendorong ekonomi AS bergerak lebih cepat. Untuk itu diperlukan tambahan biaya, salah satunya melalui utang.

Dengan begitu, laju inflasi juga akan terpicu meningkat. Sehingga akan mendorong kenaikan suku bunga acuan. Hal ini akan membuat the greenback menguat lagi terhadap mata uang dunia, tidak hanya rupiah.

Namun, Mirza enggan berspekulasi proyeksi rupiah jika hal itu terjadi. Yang jelas, seperti yang kita tahu sejauh ini BI memperkirakan asumsi nilai tukar rupiah untuk tahun 2017 berada dalam kisaran antara Rp 13.200 - Rp 13.500 per dollar AS.

Hari ini, rupiah berdasarkan kurs tengah BI, atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah kembali melemah ke level Rp 13.540. Menurut Mirza untuk mengantisipasi pelemahan lebih dalam, BI sudah melakukan intervensi pasar di tiga pasar sekaligus.

Hari ini, BI mengaku melakukan intervensi di pasar valuta asing, kemudian turut serta dalam pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dan pasar swap. Hal itu diharapkan menambah likuiditas di pasar, sehingga rupiah bisa tetap terjaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto