JAKARTA. Kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berpotensi tumbuh dua digit pada tahun ini dan tahun depan. Proyeksi tersebut akan didukung kemampuan KLBF menggenjot segmen usaha
consumer health dan nutrisi. Analis Kresna Securities Filbert Anson menilai, strategi KLBF mendiversifikasi bisnisnya membuat perusahaan inisemakin defensif. Ia mencatat, 50% produk KLBF adalah produk
consumer health. Filbert optimistis, pendapatan KLBF akan tumbuh 11,7% tahun depan, sementara laba bersih tumbuh 11,3%. "Dengan demikian bisnis KLBF jadi lebih defensif, mereka tidak hanya mengandalkan bisnis farmasi untuk bertumbuh," kata Filbert kepada KONTAN, Selasa (29/11).
Saat ini, bisnis farmasi KLBF dinilai sudah melambat dan tak memiliki ruang untuk bertumbuh. Namun, Filbert optimistis KLBF bisa menggenjot pertumbuhan di lini
consumer dan
nutritional. Efeknya mungkin tak langsung terasa, tetapi KLBF terus mengeluarkan produk baru di kedua lini itu. "Setiap tahun ada launching produk baru. Contohnya baru-baru ini KLBF meluncurkan produk baru hasil joint venture dengan perusahaan asal Australia," kata Filbert. KLBF dan perusahaan farmasi asal Australia, Blackmores, sepakat mengeluarkan produk kesehatan meliputi minyak ikan dan vitamin yang mengandung omega. "Tahun ini mulai jualan. Tahun depan akan terasa pengaruhnya ke
revenue," ujar Filbert. Sebelumnya KLBF juga menggandeng Genexine Inc asal Korea. Dalam waktu dekat, Kalbe akan kembali mendirikan
joint venture bersama perusahaan farmasi di negara Asia Tenggara. Pilihan KLBF bisa jadi jatuh pada perusahaan asal Myanmar. Efisiensi Analis Maybank Kim Eng Janni Asman juga menilai, ada potensi pertumbuhan bagi KLBF dengan mendiversifikasi bisnis dan branding produk. "Kami juga mengharapkan ada upaya efisiensi untuk mendukung margin dalam waktu dekat. Namun, ada potensi risiko margin tahun depan terpengaruh volatilitas valuta asing yang terjadi baru-baru ini," ungkap dia. Analis Ciptadana Securities Jennifer Natalia Widjaja mencatat, segmen
consumer health maupun nutrisi meraih pendapatan tertinggi, masing-masing 10,8% dan 11,2%
year-on-year (yoy) selama sembilan bulan di tahun ini. "Hal itu karena rendahnya harga bahan baku, terutama harga susu skim dan kekuatan
pricing KLBF," kata dia. Namun, menurut Jennifer, bisnis consumer health dan nutrition cenderung lebih lebih sensitif atau lebih dipengaruhi siklus ekonomi. Adapun bisnis farmasi yang marginnya menurun di periode itu lebih disebabkan berubahnya bauran produk, seiring program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang akhirnya menaikkan kontribusi obat generik bermerek. "Generik bermerek memiliki margin lebih rendah untuk total penjualan KLBF," kata dia. Analis Bahana Securities Renaldy Effendy menilai, KLBF juga mampu menembus ceruk pasar melalui produk khusus, seperti onkologi, sel induk, genomik dan obat biosimilar. Ini memberikan margin tinggi.
"Hal itu akan membantu profitabilitas KLBF ke depan," tutur dia. Filbert, Janni dan Renaldy merekomendasikan buy saham KLBF dengan target harga masing-masing Rp 1.900, Rp 2.000 dan Rp 2.050 per saham. Sementara Jennifer merekomendasikan
hold KLBF dengan target harga Rp 1.900 per saham. Harga saham KLBF pada perdagangan kemarin (29/11) ditutup menurun 4,29% menjadi Rp 1.460 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie