Asuransi Bintang gandeng Bangkok Hospital



JAKARTA. Asuransi Bintang menargetkan perolehan premi syariah tahun ini Rp 80 miliar, tumbuh 16% dibandingkan pencapaian 2012. Salah satu cara merealisasikan target tersebut adalah melalui peningkatan kualitas layanan Bintang menggandeng Bangkok Hospital untuk memperluas layanan produk Bintang Medical Sharia (BMS). Sekarang, nasabah BMS sebanyak 30.000 peserta. Sebelumnya, nasabah baru dapat menikmati layanan luar negeri di rumah sakit di Singapura dan Malaysia. Nah sekarang, nasabah Asuransi Bintang dapat memanfaatkan perawatan di rumah sakit swasta di Thailand. "Sasaran kami adalah mereka yang berlibur dan berobat ke Thailand," kata Reniwati Darmakusumah, Direktur Pemasaran Bintang, Rabu (10/4).BMS masuk kategori asuransi kesehatan. Target kontribusi produk tersebut mencapai Rp 30 miliar atau setara 37,5% dari total target premi syariah tahun ini. Sepanjang 2012, perolehan premi syariah Rp 69 miliar. Kontribusi terbesar dari produk kendaraan bermotor 69%, sedangkan kesehatan 30%. Artinya potensi asuransi kesehatan masih sangat besar. Zafar Dinesh Idham, Presiden Direktur Asuransi Bintang, menambahkan layanan di Thailand perlu karena sesuai perkembangan. Jumlah pelancong Indonesia ke negeri Gajah Putih itu terus meningkat. Diperkirakan sepanjang 2012, orang Indonesia yang melancong ke Thailand mencapai 450.000 orang. Selain berwisata, ada juga tujuan berobat. Dus, negeri ini salah satu tujuan medical tourism selain Singapura dan Malaysia. Makanya, layanan ini ditargetkan mendorong jumlah nasabah.Kontribusi syariah Bintang perlu diperbesar agar menopang kinerja perusahaan. Tahun 2012, premi konvensional Rp 239,2 miliar tumbuh 17% ketimbang periode sama tahun 2011 Rp 201,3 miliar. Kontribusi premi kendaraan bermotor Rp 72,3 miliar, asuransi aneka Rp 35 miliar, asuransi properti Rp 86,7 miliar. Sisanya dari pengangkutan, rangka kapal dan rekayasa. Jika tahun ini kontribusi syariah bertambah besar, kinerja mereka dapat semakin besar.Bintang menyasar asuransi kesehatan karena secara bisnis ini menguntungkan. Produk ini dapat diretensi sendiri. Belajar dari pengalaman tahun lalu, retensi sendiri menyebabkan hasil underwritting mencapai Rp 74,2 miliar, naik 137% dibandingkan hasil tahun 2011 sekitar Rp 42,9 miliar. Hasil itu karena jumlah klaim hanya tumbuh 2,7% menjadi Rp 78,2 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Roy Franedya