JAKARTA. Masih ada kabar melegakan di tengah-tengah maraknya rencana akuisisi asuransi lokal oleh asing. Di industri asuransi umum, kiprah asuransi berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu menyaingi kinerja asuransi asing. Meski jumlahnya segelintir, total premi bersih alias neto asuransi pelat merah menggeser persentase asuransi asing terhadap total perolehan premi industri. Berdasarkan data asosiasi asuransi umum Indonesia (AAUI) akhir 2011, total premi bersih yang berhasil dijaring industri asuransi mencapai Rp 29,64 triliun. Dari angka itu, premi bersih asuransi BUMN Rp 4,13 triliun, tumbuh 25,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara porsi, angka itu mencapai 14% alias lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 13% dari total premi neto. Alhasil peningkatan tersebut mengikis sedikit demi sedikit porsi asing alias joint venture dan swasta lokal. Tahun 2011, premi neto swasta lokal Rp 21,42 triliun, tumbuh 22,8%. Meski tumbuh namun porsinya menjadi 72%, menyusut dibandingkan tahun 2010 sebesar 76% terhadap total premi. Hal senada dialami asuransi asing. Di waktu yang sama, premi neto perusahaan modal asing dan lokal ini Rp 4 triliun, turun 5,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Alhasil porsi asing menjadi 14% lebih rendah dibandingkan tahun 2010 yakni 17% dari total premi. Penurunan asing itu terjadi sejak 2010. Julian Noor, Direktur Eksekutif, tidak kaget atas pencapaian tahun lalu. Agresivitas membuat peran asuransi BUMN makin besar di industri. Penyebabnya, asuransi pelat merah pada tahun lalu gencar ekspansi bisnis dengan cara menggandeng sesama asuransi BUMN maupun dengan sesama perusahaan BUMN. Hal itu mendorong perolehan premi terkerek.
Asuransi BUMN salip asuransi asing
JAKARTA. Masih ada kabar melegakan di tengah-tengah maraknya rencana akuisisi asuransi lokal oleh asing. Di industri asuransi umum, kiprah asuransi berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu menyaingi kinerja asuransi asing. Meski jumlahnya segelintir, total premi bersih alias neto asuransi pelat merah menggeser persentase asuransi asing terhadap total perolehan premi industri. Berdasarkan data asosiasi asuransi umum Indonesia (AAUI) akhir 2011, total premi bersih yang berhasil dijaring industri asuransi mencapai Rp 29,64 triliun. Dari angka itu, premi bersih asuransi BUMN Rp 4,13 triliun, tumbuh 25,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara porsi, angka itu mencapai 14% alias lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 13% dari total premi neto. Alhasil peningkatan tersebut mengikis sedikit demi sedikit porsi asing alias joint venture dan swasta lokal. Tahun 2011, premi neto swasta lokal Rp 21,42 triliun, tumbuh 22,8%. Meski tumbuh namun porsinya menjadi 72%, menyusut dibandingkan tahun 2010 sebesar 76% terhadap total premi. Hal senada dialami asuransi asing. Di waktu yang sama, premi neto perusahaan modal asing dan lokal ini Rp 4 triliun, turun 5,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Alhasil porsi asing menjadi 14% lebih rendah dibandingkan tahun 2010 yakni 17% dari total premi. Penurunan asing itu terjadi sejak 2010. Julian Noor, Direktur Eksekutif, tidak kaget atas pencapaian tahun lalu. Agresivitas membuat peran asuransi BUMN makin besar di industri. Penyebabnya, asuransi pelat merah pada tahun lalu gencar ekspansi bisnis dengan cara menggandeng sesama asuransi BUMN maupun dengan sesama perusahaan BUMN. Hal itu mendorong perolehan premi terkerek.