Asuransi energi masih butuh energi untuk bisa tumbuh



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga kuartal I - 2021, premi asuransi energi khususnya yang off-shore atau lepas pantai mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini dinilai merupakan pengaruh dari harga minyak yang mengalami tren naik serta beberapa proyek migas yang kembali berjalan.

Dilihat dari data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) yang dikumpulkan dari 72 anggotanya, premi asuransi energi off shore tumbuh 410% yoy menjadi Rp 31,42 miliar dari yang sebelumnya hanya Rp 6,16 miliar. Sebaliknya, untuk premi asuransi energi on shore masih terkoreksi 20,9% menjadi Rp 86,48 miliar.

Direktur Eksekutif AAUI, Dody AS Dalimunthe menjelaskan bahwa kenaikan yang terjadi pada asuransi energi off shore dikarenakan tren pertumbuhan harga minyak. Mengingat, biaya untuk pertambangan yang dilakukan off shore jauh lebih besar dibandingkan on shore sehingga sangat melihat keuntungan dari hasil investasi pertambangan minyak tersebut.


Baca Juga: Meski pandemi, kinerja asuransi syariah tetap tumbuh positif di kuartal I 2021

“Harga minyak yang sudah menyentuh US$ 70 per barel merupakan angka psikologis yang bagus bagi pengusaha untuk mendapatkan margin yang signifikan jika melakukan kegiatan di sektor energi,” jelas Dody.

Selain itu, Dody juga bilang bahwa pertumbuhan yang sangat signifikan dikarenakan premi asuransi energi off shore di tahun lalu sejatinya memang relatif kecil. Sebagai informasi, asuransi energi off shore hingga kuartal I berkontribusi sebanyak 0,2% dari total pencapaian premi asuransi umum sedangkan untuk asuransi energi on shore berkontribusi lebih besar yaitu 0,4% 

Ke depan, Dody melihat asuransi energi ini masih bisa tumbuh hingga akhir tahun 2021 nanti. Ia melihat banyak investor asing di sektor energi yang mulai masuk sehingga dapat memicu pertumbuhan asuransi energi.

“Kalau kita perhatikan dari kantor Kemenko Perekonomian sudah mulai banyak investor-investor yang masuk ke Indonesia untuk sektor energi. Di Papua juga seperti itu. Maka investor-investor ini sudah merancang kegiatan-kegiatan migas,” jelas Dody.

Berbeda, salah satu pemain asuransi yang memiliki bisnis asuransi energi, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) masih mengeluhkan pendapatan premi yang masih lesu. Perusahaan mengatakan bahwa hingga Juni 2021 ini, pendapatan premi asuransi energi baru mencapai Rp 400 miliar.

Baca Juga: Kinerja unitlink saham dan unitlink campuran melempem pada bulan lalu

“Penurunan ini diakibatkan oleh adanya perubahan harga di pasar asuransi dan reasuransi internasional khususnya untuk penutupan asuransi aset operasional industri migas dimana tren yang terjadi cenderung menurun,” ujar Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo Diwe Novara.

Diwe melihat penurunan premi dari asuransi energi ini masih memiliki tren yang menurun karena terdapat juga penurunan aktivitas lain seperti ditunda atau berkurangnya kegiatan proyek konstruksi yang terkait dengan pengembangan lapangan migas baru. 

“Kami tetap berusaha untuk mencari prospek penutupan asuransi lain industri migas melalui pengembangan dan target-target serta lini asuransi potensial lainnya seperti asuransi rangka kapal, asuransi pengangkutan,” pungkas Diwe.

Selanjutnya: Askrindo beri penjaminan aset Pelindo III mencapai Rp 19 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi