KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sempat menyampaikan risiko electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik terbilang masih tinggi menjadi tantangan bagi industri untuk mengeluarkan produk asuransi dan perlu dilakukan kajian lebih dalam lagi. Mengenai hal tersebut, PT Asuransi Astra Buana atau Asuransi Astra menilai kendaraan listrik di Indonesia saat ini masih sangat prematur. "Ditambah sebagian besar pembeli kendaraan listrik itu bukan pembeli mobil pertama, melainkan kedua dan seterusnya. Jadi, memiliki kondisi dan behavior yang berbeda dengan kendaraan lain," ucap Presiden Direktur Asuransi Astra Christopher Pangestu saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (9/11).
Christopher berharap dengan makin banyak produk kendaraan listrik yang masuk, matang, dan makin murah mungkin akan berubah wajah kendaraan listrik itu sendiri. Dia menyatakan saat ini Asuransi Astra ikut mengasuransikan kendaraan listrik. Mengenai preminya, Christopher mengatakan masih sama dengan yang ditetapkan oleh OJK. "Untuk kendaraan, kami sangat tergantung pembiayaan di depan. Kalau bank, pembiayaan mereka membiayai mobil listrik, maka kami akan support untuk cover asuransi," ujarnya. Sebelumnya, Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwiyanto mengatakan EV merupakan jenis risiko baru. Oleh karena itu, dia menyebut memang butuh waktu untuk pengembangan asuransi jenis tersebut. "Perlu dipelajari lebih dalam lagi mengenai asuransi kendaraan listrik yang mana risikonya akan cukup berbeda dengan mobil konvensional. Dengan demikian, perusahaan asuransi harus lebih berhati-hati lagi dalam cara cover-nya, menentukan harga, dan pengelolaan risikonya," ucapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (19/10). Bern mengungkapkan nantinya produk asuransi kendaraan listrik harus dipisahkan dengan kendaraan konvensional karena risiko yang berbeda. Dia pun mengutarakan sampai saat ini sudah ada beberapa perusahaan asuransi umum yang memberikan pertanggungan terhadap kendaraan listrik. Akan tetapi, skemanya masih memakai yang konvesional, kecuali pertanggungan untuk baterainya.
Bern menyampaikan terkait detail produk asuransi tersebut semua tergantung masing-masing perusahaan. Dia tak menampik sebenarnya bisa saja industri asuransi ke depannya mengadopsi produk asuransi dari negara lain terkait kendaraan listrik dan tinggal melihat regulasi yang diterapkan di Indonesia. "Kami sempat bertemu dengan sesama asosiasi-asosiasi asuransi di ASEAN pada Desember 2022 di Bangkok, Thailand. Berdasarkan diskusi tersebut, kelihatannya masih dalam tahapan yang sama-sama mencari skema untuk kendaraan listrik," katanya. Bern menceritakan dalam pertemuan tersebut sempat bertemu juga dengan asosiasi asuransi dari Jepang yang notabenenya salah satu leader produsen mobil terbesar. Dia pun mengungkapkan asosiasi asuransi dari Jepang juga masih dalam tahapan yang sama, yakni pengembangan. Salah satu pertimbangannya karena populasi kendaraan listrik masih sedikit, ditambah suku cadangnya masih belum banyak dan mahal. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi