KONTAN.CO.ID - Di awal tahun ini, industri asuransi umum banyak berharap pada masifnya pemerintah menyuarakan penggenjotan sektor infrastruktur. Hal ini diharapkan bisa mendorong sejumlah lini bisnis seperti asuransi rekayasa dan penjaminan. Namun seiring berjalannya waktu, kinerja kedua lini bisnis ini justru menunjukan tren pelemahan. Data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) hingga tengah tahun ini mencatat penurunan premi dari kedua lini usaha ini. Sampai semester pertama 2017, premi dari lini asuransi rekayasa hanya mencapai angka Rp 973,12 miliar. Jumlah ini menyusut 5,2% dibanding periode yang sama di tahun lalu yang menembus Rp 1,01 triliun. Kondisi di asuransi penjaminan lebih mengkhawatirkan. Premi dari lini bisnis ini amblas 37,% secara year on year menjadi Rp 610,7 miliar. Ketua AAUI Dadang Sukresna mengakui tren penurunan kinerja di lini usaha ini tak lepas dari belum maksimalnya penyerapan anggaran infrastruktur oleh pemerintah. "Beberapa proyek masih terkendala dana penyerapan anggaran," kata dia, Rabu (27/9). AAUI mencatat ada beberapa proyek yang serapan anggarannya memang masih tersendat. Diantaranya untuk proyek-proyek irigasi dan perumahan rakyat. Saat ini memang kabar seputar masifnya pembangunan infrastruktur terus digaungkan. Namun kebanyakan merupakan proyek-proyek yang sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu sehingga preminya sudah dicatatkan sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Asuransi rekayasa dan penjaminan masih lesu
KONTAN.CO.ID - Di awal tahun ini, industri asuransi umum banyak berharap pada masifnya pemerintah menyuarakan penggenjotan sektor infrastruktur. Hal ini diharapkan bisa mendorong sejumlah lini bisnis seperti asuransi rekayasa dan penjaminan. Namun seiring berjalannya waktu, kinerja kedua lini bisnis ini justru menunjukan tren pelemahan. Data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) hingga tengah tahun ini mencatat penurunan premi dari kedua lini usaha ini. Sampai semester pertama 2017, premi dari lini asuransi rekayasa hanya mencapai angka Rp 973,12 miliar. Jumlah ini menyusut 5,2% dibanding periode yang sama di tahun lalu yang menembus Rp 1,01 triliun. Kondisi di asuransi penjaminan lebih mengkhawatirkan. Premi dari lini bisnis ini amblas 37,% secara year on year menjadi Rp 610,7 miliar. Ketua AAUI Dadang Sukresna mengakui tren penurunan kinerja di lini usaha ini tak lepas dari belum maksimalnya penyerapan anggaran infrastruktur oleh pemerintah. "Beberapa proyek masih terkendala dana penyerapan anggaran," kata dia, Rabu (27/9). AAUI mencatat ada beberapa proyek yang serapan anggarannya memang masih tersendat. Diantaranya untuk proyek-proyek irigasi dan perumahan rakyat. Saat ini memang kabar seputar masifnya pembangunan infrastruktur terus digaungkan. Namun kebanyakan merupakan proyek-proyek yang sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu sehingga preminya sudah dicatatkan sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News