Asuransi Sinar Mas pangkas target premi



JAKARTA. PT Asuransi Sinar Mas (ASM) kembali menghitung target bisnis sampai akhir tahun ini. Kondisi ekonomi domestik yang belum terbaca arahnya membuat perusahaan asuransi umum ini ragu-ragu.

Sebelumnya, ASM yakin bisa meraih premi Rp 5,5 triliun di 2016. Kini, ASM memilih menurunkan target premi 1,8% menjadi Rp 5,4 triliun. "Kondisi ekonomi di beberapa daerah masih diselimuti tanda tanya sehingga bisa berdampak pada perolehan premi dari sejumlah cabang perusahaan," jelas Dumasi MM Samosir, Direktur ASM.

Namun, bila dibandingkan pendapatan premi di 2015 yang sebesar Rp 4,9 triliun, target premi tahun ini masih tumbuh 12,2%.


Salah satu kanal yang bisa diandalkan mengerek pendapatan premi adalah segmen syariah. "Kami inginnya semua produk konvensional bisa diadaptasi ke syariah. Meski tentu ada penyesuaian juga," kata Dumasi.

Ia belum menyebut detail produk baru syariah yang akan dirilis. Selama ini kontribusi terbesar produk asuransi syariah milik ASM berasal dari asuransi kendaraan dan kesehatan.

Selain itu, Asuransi Sinar Mas juga menyiapkan produk unitlink. Namun rencana ini masih menunggu aturan final dirilis regulator. Pasalnya, bila ada poin-poin yang berbeda bisa secepatnya menyesuaikan. "Intinya kalau aturannya sudah ada kami siap mengajukan izin," kata dia.

Meski produk ini baru bagi perusahaan asuransi umum, Dumasi yakin, potensi pasar produk unitlink besar. Sebab minat masyarakat berasuransi akan meningkat jika memiliki nilai lebih dari sekedar pertanggungan kerugian.

Apalagi nasabah asuransi umum lebih banyak dibanding asuransi jiwa. "Di ASM sekarang pemegang polisnya sudah 4,5 juta," imbuh Dumasi. 

Menurut dia, menggabungkan produk asuransi umum dan produk investasi tidak sulit. Semua produk bisa di-bundling asal masa pertanggungannya sama. Untuk pemasaran, ASM mengandalkan agensi dan tenaga marketing.

Tapi, ASM tak berharap muluk. Dumasi memproyeksikan, pada tahun ketiga, tiap produk unitlink baru menghasilkan premi minimal Rp 60 miliar. Pada 1998, ASM pernah menjual produk serupa, cuma  produk tersebut ditutup karena krisis. "Pengembangan investasi nasabah saat itu cukup besar," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia