Asuransi Sinar Mas perbesar bisnis ritel



JAKARTA. Kecil-kecil cabe rawit. Kalimat ini sepertinya tepat menggambarkan bisnis lini individu atau personal lines. Maklum, meski menyasar nasabah perorangan, seperti asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan diri, kesehatan dan perjalanan, keuntungan dari aktivitas usaha ini dianggap lebih menggiurkan.

Asuransi Sinar Mas, misalnya. Setelah berkecimpung di pasar nasabah korporat, Asuransi Sinar Mas kini mempertebal portofolio bisnis dari lini individu. "Produk dan jalur distribusinya cukup sederhana, sehingga lebih menguntungkan," ujar Direktur Asuransi Sinar Mas, Dumasi Marisina Magdalena, ketika ditemui KONTAN, kemarin.

Selain itu, ceruk pasar bisnis ini masih menganga lebar. Artinya, ada potensi mendongkrak pendapatan premi perseroan. Ia berharap, tahun depan lini individu ini tumbuh tiga kali lipat menjadi Rp 150 miliar. Asal tahu saja, perusahaan mematok, target mengantongi pendapatan premi dari lini individu sebesar Rp 50 miliar hingga akhir tahun ini.


Untuk mewujudkan itu, perusahaan terus merancang produk-produk asuransi yang sesuai kebutuhan nasabah individu. Termasuk gencar melakukan pemasaran melalui jalur distribusi direct bussines.

Tidak hanya itu, perusahaan juga menawarkan fasilitas penjualan secara online lewat jaringan internet, call center, dan melalui 93 kantor cabang atau pemasaran yang tersebar di seluruh Indonesia.

Anak usaha Sinarmas Multiartha ini telah memulai menempatkan tenaga personal lines officer atawa PLO khusus di 83 kantor cabang dan pemasaran. "PLO ini nantinya melayani nasabah individu untuk membeli polis asuransi produk-produk personal lines," imbuh Dumasi.

Hingga Agustus 2011, premi bruto Sinar Mas sebesar Rp 2,78 triliun atau naik 24,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berkisar Rp 2,22 triliun. Lini usaha asuransi properti/kebakaran berkontribusi paling besar, yakni Rp 1,1 triliun. Menyusul asuransi kendaraan bermotor Rp 816 miliar, kesehatan Rp 473 miliar, marine Rp 169 miliar, dan aneka Rp 176 miliar.

Adapun, penyumbang laba terbesar masih berasal dari lini usaha asuransi kendaraan bermotor, dengan hasil underwriting Rp 140 miliar. Lalu mengikuti asuransi kesehatan sekitar Rp 34 miliar, aneka Rp 20 miliar, properti atau kebakaran dan marine masing-masing Rp 12 miliar. "Adapun surplus underwriting mencapai Rp 222 miliar atau melejit 51,8% dibandingkan Agustus 2010 lalu yang sekitar Rp 146 miliar," pungkas Dumasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati