KONTAN.CO.ID - Militer Myanmar, Kamis (4/2), memblokir Facebook atas nama memastikan stabilitas negara, saat mereka mengonsolidasikan kekuasaan menyusul kudeta dan penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi. Langkah untuk membungkam aktivis online itu setelah polisi Myanmar mengajukan tuntutan terhadap pemenang Nobel Perdamaian Suu Kyi karena mengimpor peralatan komunikasi secara ilegal. Dan, pemblokiran Facebook terjadi ketika tekanan internasional tumbuh pada junta Myanmar untuk menerima hasil pemilu November 2020 yang dimenangkan partai Suu Kyi secara telak.
Di Myanmar, penentangan terhadap junta muncul dengan sangat kuat di Facebook, yang merupakan platform internet utama untuk sebagian besar negara serta mendukung komunikasi untuk bisnis dan pemerintah. Baca Juga: Militer Myanmar bebaskan 400 orang tahanan, tak termasuk Aung San Suu Kyi Orang-orang di Yangon dan kota-kota lain di Myanmar memukul panci dan wajan serta membunyikan klakson mobil untuk malam kedua pada Rabu (3/2), sebagai protes terhadap kudeta Senin. Gambar-gambar protes itu beredar luas di Facebook. Jejaring sosial itu juga telah digunakan untuk berbagi gambar kampanye ketidakpatuhan staf di rumahsakit pemerintah di seluruh negeri, yang menuduh tentara menempatkan kepentingannya di atas wabah virus corona yang telah menewaskan lebih dari 3.100 orang Myanmar.