KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan swasta harus mendorong investasi untuk pembangunan gudang atau penyimpanan berpendingin atau
cold storage guna menekan angka
food loss yang menimbulkan kerugian ratusan triliun saban tahun.
Food loss adalah pangan yang terbuang pada tahap produksi, pascapanen dan penyimpanan, serta pemrosesan dan pengemasan. Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian mengatakan, Indonesia memang menjadi salah satu negara penghasil limbah makanan terbesar di dunia.
"Sampah makanan terbesar di kita itu berasal dari rumah tangga dan pasar. Sampah pasar ini paling banyak volumenya, berasal dari hasil pertanian yang terbuang karena rusak atau busuk," katanya kepada KONTAN, Senin (29/7/2024).
Baca Juga: Food Loss Sektor Pertanian Diperkirakan Cetak Kerugian Ekonomi Ratusan Triliun Menurut Eliza, hasil panen pertanian berupa sayuran dan buah buahan yang dikirim ke pasar untuk dijual sebagian busuk karena banyak faktor. Misalnya, proses pengiriman yang memakan waktu dan jarak, sehingga barang yang tidak tahan lama bisa hancur, terlebih proses pasca panen dan penyimpanan atau pengemasannya kurang baik. "Hasil panen akan cepat rusak dan kualitasnya menurun juga akibat masih minimnya fasilitas atau penyimpanan berpendingin atau
cold storage, ketika harus melewati proses transportasi logistik yang jauh dan lama," paparnya. Eliza bilang, selama infrastruktur logistik dan sistem penyimpanan berpendingin ini tak memadai, maka Indonesia akan sulit untuk mengatasi masalah
food loss hasil pangan. "Faktor anggaran menjadi penyebab masih terbatasnya
cold storage untuk produk pertanian. Selama ini
cold storage umumnya dipakai untuk produk perikanan dan kesehatan," ujar dia.
Baca Juga: Uni Eropa Ingatkan Program Makan Siang Gratis Tak Menambah Timbunan Sampah Makanan Atas dasar itu, pemerintah juga pihak swasta harus terus mendorong pengembangan
cold storage, sehingga bisa turut membantu mempertahankan kualitas produk pertanian agar tidak berujung menjadi limbah pangan. "Kalau lihat dari rasio
cold storage dengan jumlah populasi di Indonesia hanya 12 juta
cold storage berbanding 250 juta penduduk, ini sangat kecil," terang dia. Eliza membandingkan, dengan rasio
storage di India yang sebanyak 131 juta terhadap 1,2 miliar penduduk, atau di Amerika Serikat yang sebanyak 115 juta cold storage untuk 270 juta penduduk. Tapi ada problem juga, swasta ini belum begitu melirik investasi
cold storage di pertanian melihat kemampuan petani kita yang rendah. "Mereka takut sudah bangun, tapi malah
cold storage kosong. Makanya, pemerintah mau tidak mau harus mimikirkan anggaran dan investasi untuk perbaikan infrastruktur penyimpanan hasil pertanian. Artinya, harus ada
political will yang kuat dari pemerintah untuk solusi
food loss ini," sarannya.
Baca Juga: Ini Beberapa Perilaku yang Harus Dihindari Selama Berada di Tanah Suci Melansir dari Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia (2021), hasil riset kolaborasi Kementerian PPN/Bappenas, Waste4Change, dan World Resource Institute memberikan proyeksi nilai kehilangan ekonomi di tahap
food loss (pangan yang terbuang pada tahap produksi, pascapanen/penyimpanan, dan pemrosesan/pengemasan) sekitar Rp 106 triliun sampai Rp 205 triliun per tahun. Adapun nilai kehilangan ekonomi pada tahap food waste (pangan yang terbuang pada tahap distribusi/pemasaran dan sisa konsumsi) berkisar antara Rp 107 triliun sampai Rp346 triliun per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli