JAKARTA. Untuk mengembalikan performa kinerjanya, PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk, mengubah strategi usahanya dengan memposisikan HITS menjadi induk usaha. Di saat bersamaan HITS juga fokus pada core bisnisnya, yakni melayani angkutan LNG di pasar domestik. Enam tahun lalu atau sekitar tahun 2007, PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) melancarkan strategi baru bisnisnya. Yakni, mengembangkan usaha di luar core bisnis dengan menyediakan layanan angkutan
bulk carrier dan
chemical carrier. Sayangnya, baru setahun strategi itu dijalankan, pada 2008 krisis global melanda dunia dan berdampak terhadap aktivitas ekonomi nasional. Kondisi ini, tentu saja menjadi pukulan telak bagi para pelaku bisnis jasa angkutan di Indonesia. Tak terkecuali HITS.
Kinerja keuangan perusahaan juga terus tertekan gara-gara krisis 2008 yang membuat tarif sewa kapal HITS hanya sepertiga dari harga sebenarnya. Akibatnya mudah ditebak. Selain merugi, HITS juga terlilit masalah utang kepada sejumlah mitranya. Butuh waktu lima tahun bagi perusahaan untuk menyelesaikan semua masalah hukum tersebut dan mengembalikan kinerja keuangannya ke jalurnya semula. Di bawah kepemimpinan
Theo Lekatompessy, Direktur Utama HITS, manajemen memposisikan HITS menjadi induk usaha. Sementara bisnisnya ditangani langsung oleh dua anak usaha HITS. Pada saat bersamaan, manajemen HITS juga memutuskan untuk kembali ke core bisnisnya, yakni melayani jasa angkutan LNG di pasar domestik. Upaya itu mulai membuahkan hasil. Pada September 2012, persoalan hukum yang membelit HITS mulai menemukan titik terang. Selain semua masalah hukum usai, kinerja keuangan HITS juga perlahan tapi pasti kembali positif. Pada Juni 2013, HITS mencetak laba bersih Rp5,85 miliar. Padahal, Juni 2012 manajemen membukukan rugi bersih Rp37,03 miliar. Filosofi matahari Dalam menjalankan kepemimpinan, menurut Theo, dirinya menerapkan filosofi dari Jepang, yang dikenal dua sisi matahari. Salah satu sisi menggambarkan sifat seorang petani, satunya lagi sifat pemburu. Seorang pemimpin harus memiliki sifat kedua sisi matahari Jepang itu. Menurut Theo, petani adalah sosok yang telaten, disiplin, dan penuh perhitungan. Mereka selalu menempati semua kebutuhannya dalam wadah yang sangat tertata sebelum mulai bekerja. Bedanya dengan pemburu, biasanya pemburu memiliki sifat agresif, gesit, dan cekatan. Begitu mencium adanya peluang, si pemburu langsung mengejarnya hingga berhasil menangkap peluang tersebut. Nah, dari dua sifat itu, mana yang paling baik bagi seorang pemimpin? Jadi petani atau pemburu? Menurut Theo, pemimpin yang hebat, ya, pemimpin yang bisa menjalani dua lakon itu. Dulu, ketika HITS sedang menghadapi persoalan hukum, HITS mengalami situasi yang sangat pelik. Selain harus menghadapi tuntutan dari klien asing. Nah, situasi yang seperti ini merupakan situasi yang cocok bagi sifat pemburu. "Untuk menangkap peluang bisnis, kami harus cekatan dan sigap," kata Theo. Dengan melakukan prinsip tersebut, HITS secara perlahan mulai kembali stabil. HITS sudah memiliki momentum untuk kembali berekspansi. Tetapi, jangan asal dan terburu-buru melakukan ekspansi. Kami perlu menata pijakan bisnis yang kuat, sehingga peristiwa pahit lima tahun silam tadi, tak kembali berulang. Nah, saat situasi seperti ini yang cocok, ya, menjadi petani. Jadi, kata Theo, saat ini di perusahaannya lebih lebih banyak merekrut SDM wanita. Sebab, saat seperti ini dinilai sangat cocok untuk menjadi petani, di mana sifat petani sangat banyak dimiliki wanita.
Perempuan itu telaten. Anggap saja perusahaan ini seperti rumah. "Ibaratnya, ketika kita pergi kerja saat rumah masih berantakan, nanti sorenya setelah kita pulang, kondisi rumah niscaya sudah kembali rapih," imbuh Theo. Setelah proses penataan diri selesai, pada tahun depan HITS akan kembali melakukan ekspansi usaha. Saat itu pula, imbuh Theo, dirinya akan menerapkan prinsip sebagai seorang pemburu. "Jangan kaget bila di tahun depan Anda lebih sering melihat saya didampingi banyak pria dibandingkan seperti saat ini yang lebih banyak wanitanya," kata Theo, tersenyum. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan