KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menurunkan hujan di wilayah DKI Jakarta. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, modifikasi cuaca merupakan penanganan jangka pendek ketika kota berada dalam kepungan polusi udara. Selain DKI Jakarta, modifikasi cuaca juga dilakukan di kota lain, meliputi Bandung dan Semarang.
"Kita sudah mulai melakukan TMC dengan arahan Bapak Presiden terkait kondisi udara. Enggak cuma di Jakarta, tapi di Bandung, Semarang, dan lain-lain kita sudah mulai TMC dari tanggal 19-21 (Agustus) terakhir," kata Abdul Muhari dalam konferensi pers secara daring, dikutip dari YouTube Kompas.com, Selasa (22/8/2023).
Baca Juga: Demi Bisnis Hijau, Apindo: Pemerintah Perlu Susun Kajian Sumber Utama Polusi Pria yang karib disapa Aam ini menuturkan, TMC dilakukan bersama dengan BMKG, BRIN, TNI, dan Polri. Dengan modifikasi ini, ia berharap hujan akan turun minimal 2-3 kali satu minggu untuk membilas polusi udara. Dia tidak memungkiri bahwa dampak polusi lebih terasa pada puncak musim kemarau di Agustus-September 2023 karena tidak terbilas dengan air hujan. Padahal, sejatinya tingkat polusi kurang lebih sama dengan posisi awal tahun hingga pertengahan Mei 2023, di mana hujan terjadi hampir setiap hari. Dengan begitu, masyarakat seolah tidak merasakan dampak signifikan polusi udara. "Kok di awal tahun tidak terasa? Karena ter-flushing terus oleh hujan, sehingga partikel-partikel debu polutan yang ada di udara ter-flushing. Begitu kemarau enggak ada yang flushing atau bersihin, ini kenapa kita benar-benar merasa kualitas udara karena polutan akan tetap stay," beber Aam. Namun demikian, Aam memastikan bahwa pemerintah akan membuat langkah jangka panjang untuk mengurangi polusi udara di masa depan. "Tentu saja nanti akan ada kebijakan jangka panjang yang akan kita laksanakan. Tapi untuk saat ini, kita fokus dulu untuk penanganan jangka pendek yang bisa kita lakukan. Paling tidak sampai kemarau ini, ya kalaupun (hujan) tidak akan tiap hari, minimal 2-3 kali seminggu," ucap Aam. Lebih lanjut, Aam menyampaikan, modifikasi cuaca juga sempat terkendala dengan minimnya pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah.
Baca Juga: Waspada, Ini Dampak Polusi Udara bagi Orang Dewasa Wilayah-wilayah tersebut meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat bagian selatan, Kalimantan Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan, Pulau Sulawesi dari tengah kw selatan, Papua dari tengah ke Selatan, hingga ke sebagian Jawa Bali dan Nusa Tenggara. Tidak adanya pertumbuhan awan hujan membuat modifikasi cuaca sulit dilakukan, mengingat teknik modifikasi memanfaatkan garam yang ditaburkan di awan-awan.
"(Wilayah-wilayah) Yang di bawah ekuator itu sama sekali tidak ada awan. Jadi ini kondisi-kondisi yang halangi kita, misalkan ketika kita ingin mengisi ulang waduk di sepanjang Jawa untuk memastikan ketersediaan air bersih masyarakat dengan TMC," jelas Aam. "Kita tahu TMC bisa bekerja dengan menabur garam di awan. Tapi kalau enggak ada awannya, enggak bisa kita melakukan menurunkan air hujan itu," imbuh dia. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca Turunkan Hujan untuk Bilas Polusi Udara Jakarta" Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .