JAKARTA. Provider jaringan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) swasta bersiap menghadapi persaingan ketat dengan jaringan ATM Link milik pemerintah (BUMN) yang bakal berdiri awal 2017. Misalnya saja ATM Prima yang dioperasikan PT Rintis Sejahtera. Perusahaan switching milik Bank Central Asia (BCA) ini berencana menambah empat bank anggota di kuartal akhir ini. Direktur Rintis Sejahtera Iwan Setiawan bilang, empat bank yang tergabung di ATM Prima adalah Bank Shinhan, Bank ICBC Indonesia, Bank Aceh dan Bank BTN Syariah. "Tambahan bank anggota ini diharapkan bisa meningkatkan transaksi dari posisi saat ini 1 juta transaksi per bulan," ujar Iwan, Rabu (2/11).
Iwan mengklaim, pangsa pasar ATM Prima dari sisi transaksi sebesar 55%. Terkait dengan rencana bank BUMN yang membebaskan biaya transaksi tarik tunai di ATM Link, Hermawan Tjandra EVP Marketing PT Rintis Sejahtera mengatakan bahwa hal tersebut akan menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan dinamis di perbankan. Di sisi lain, Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) tengah mematangkan rencana peluncuran 10.000 ATM dan EDC Link pada Desember 2016. Direktur Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sis Apik Wijayanto mengatakan, saat ini Himbara sudah melakukan pilot project penggabungan ATM di 22 tempat. "Diharapkan jika semua ATM sebanyak 65.000 sudah terkoneksi tahun depan, ATM Link Himbara bisa menguasai pangsa pasar sebesar 70%," ujar Sis Apik. Selain melakukan integrasi ATM, Himbara juga akan melakukan integrasi mesin gesek (EDC). Nantinya, bank BUMN akan membuka akses terhadap merchant besar masing-masing. Merchant besar ini diantaranya Alfamart, Pertamina Retail dan Pegadaian. Pendirian perusahaan switching BUMN diperkirakan bisa menghemat biaya sekitar Rp 6,8 triliun per tahun. Sejatinya, pasar transaksi ATM/debit merupakan pasar nan legit. Catatan Bank Indonesia (BI), transaksi ATM/debit menembus Rp 14 triliun-Rp 15 triliun saban hari, lebih tinggi ketimbang transaksi kliring sebesar Rp 13 triliun per hari.