JAKARTA. Dua emiten pelat merah, PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) dan PT Adhi Karya Tbk (
ADHI) berencana merilis saham baru di sisa tahun ini. Antam berencana menggelar
rights issue pertengahan Oktober. Dengan harga saham baru Rp 371 - Rp 535 per saham, ANTM mengincar dana segar Rp 5,3 triliun sampai Rp 7,5 triliun. Manajemen akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 7 Oktober.
Sedangkan ADHI mengundur RUPSLB yang sedianya digelar bulan ini menjadi 16 September mendatang. Perusahaan infrastruktur ini berencana menawarkan 1,8 miliar lembar saham baru atau setara 50,2% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga Rp 1.510 - Rp 2.400. Dengan target perolehan dana segar sampai Rp 4,3 triliun, ADHI berencana menggunakan dana itu untuk membiayai pembangunan Light Rapid Transport (LRT). Satrio Utomo, Analis Universal Broker Indonesia mengatakan prospek
rights issue akhir kuartal III akan sangat tergantung pada kepastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang dilakukan bank sentralnya, Federal Reserve. Kemungkinan besar, The Fed mengeksekusi kenaikan bunga September mendatang. Jika kepastian kenaikan suku bunga sudah ada, menurut Satrio, pasar akan membaik. Sebaliknya, jika kenaikan suku bunga The Fed masih diwarnai ketidakpastian, pasar akan semakin bergolak dan tidak baik bagi rencana-rencana
rights issue yang hendak digelar sejumlah emiten. “
Rights issue di tengah ketidakpastian tidak akan mendapat banyak dana.” Jelasnya.
David Nathanael, Analis First Asia Capital memperkirakan
rights issue ANTM akan terserap seluruhnya di tengah kondisi pasar yang masih bergejolak. Pasalnya, kinerja emiten tambang tersebut selama semester I mengalami perbaikan membuatnya akan menarik . “Apalagi ada pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas yang akan melakukan PMN” kata David. Semester I, penjualan ANTM melesat tajam hingga 96,8% menjadi Rp 7,8 triliun. Namun, karena rugi dari entitas asosoasi dan pengendalian bersama serta beban keuangan dan beban lain-lain melonjak membuat perseroan masih harus menderita rugi. Hanya saja, rugi bersihnyanya menurun 41% menjadi Rp 396 miliar. Kendati ekonomi melambat, menurut David ANTM harus tetap melakukan ekspasi. Jika tidak emiten ini akan mati. Resikonya memang masih akan rugi, namun saat ekonomi membaik perseroan akan lebih cepat menuai keuntungan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia