ANTM berharap kinerja melesat melalui smelter



JAKARta. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan membangun fasilitas pemurnian mineral alias smelter nickel pig iron di Halmahera Timur, Maluku Utara. Fasilitas ini diproyeksikan bisa memoles kinerja perusahaan. Namun, hasilnya baru terasa  beberapa tahun mendatang.

Pembangunan smelter membutuhkan investasi senilai US$ 280 juta. Untuk pembiayaan proyek, ANTM melalui anak usahanya, PT International Mineral Capital telah menggandeng Ocean Energy Pte Ltd, perusahaan perdagangan minyak dan produk kimia asal Singapura.

Keduanya sudah meneken perjanjian kerjasama. Pembangunan smelter akan dilakukan dalam dua tahap. Fasilitas semelter NPI bertujuan meningkatkan nilai cadangan nikel Indonesia. Asal tahu saja,  pabrik tersebut diperkirakan memproduksi total 300.000 metrik ton NPI.


Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, pembangunan smelter nikel itu   akan berdampak positif pada kinerja ANTM ke depan. Sebab, kapasitas produksi nikel perusahaan meningkat. "Namun, dampaknya baru bisa dinikmati beberapa tahun ke depan. Pembangunan smelter terkait isu besar, mulai dari pembebasan lahan, perizinan hingga pembangunan infrastruktur," papar Hans.

Analis Bahana Sekuritas Arandi Nugraha sependapat, pembangunan pabrik pemurnian itu akan berdampak positif, karena bakal meningkatkan kapasitas produksi nikel perusahaan.

Meski demikian, David Nathanel, Analis First Asia Capital, bilang, pembangunan pabrik NPI tidak bisa langsung memoles kinerja ATNM. Tahun ini, perusahaan pelat merah tersebut masih akan merugi. "Meskipun pembangunan dimulai tahun ini, pabrik tersebut baru akan rampung sekitar dua tahun ke depan, karena pembangunannya memerlukan proses panjang," proyeksi David.

Masih seret

Ketiga analis sepakat, tahun ini ANTM masih menghadapi tantangan besar. Maklum, harga komoditas, baik nikel maupun emas masih tertekan. Diperkirakan, hingga akhir tahun ini harga komoditas tidak akan banyak berubah. Alhasil, perseroan diprediksi masih merugi.

Namun, strategi efisiensi ala manajemen perseroan bisa meminimalisir kerugian. “Setidaknya, kinerja tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu,” ujar Arandi. Tahun ini, ANTM fokus melakukan efisiensi operasional, yaitu penggunaan bahan bakar. Perusahaan juga mendapatkan diskon harga bahan bakar sebesar 15% dari Pertamina.

Selain itu, strategi manajemen diharapkan mampu memperbaiki kinerja ANTM. Misalnya, fokus menggarap beberapa  proyek saja, seperti  perluasan Pabrik Feronikel Pomala (P3FP), dan menggenjot volume penjualan emas

Proyeksi Arandi, tahun ini ANTM bisa meraih pendapatan Rp 10,54 triliun dan kerugian menyusut menjadi Rp 1,39 miliar. Adapun David memprediksi, kerugian tahun ini turun 5%-10%. Pertimbangannya, ANTM berbasis ekspor, sehingga diuntungkan dengan pelemahan rupiah. Namun, ia masih merekomendasi jual dengan target harga Rp 700.

Hans masih wait and see dengan target Rp 850. Sementara, Arandi merekomendasikan beli. Targetnya, harga ANTM Rp 910 per saham.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa