JAKARTA. Gempa dan gelombang tsunami yang menerpa Jepang pekan silam membuat pelaku bisnis otomotif siaga. Pasalnya, industri otomotif dalam negeri masih mengimpor beberapa komponen, mobil rakitan atau completely knocked down (CKD), dan mobil utuh atau completely built up (CBU) dari Jepang.Lumpuhnya kegiatan sejumlah pabrik otomotif di Jepang bisa mengancam pengiriman produk otomotif ke Tanah Air. Menyadari hal ini, para agen tunggal pemegang merek (ATPM) dan pabrik otomotif mulai menyiapkan strategi agar penjualannya tak jeblok.Ambil contoh PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI). Freddyanto Basuki, Manajer Pemasaran dan Promosi (KMI), mengakui, KMI bergantung cukup besar pada Jepang. Sebab, 40% komponen KMI masih berasal dari negara itu. "Beberapa masih impor dari Jepang, terutama mesin," tandasnya. Komponen lain yang selama ini didatangkan dari Jepang adalah knalpot, aki, dan karburator. Nah, agar pasokan aman dan penjualan tidak menurun, KMI menerapkan sistem penyangga pasokan atau buffer stock. Biasanya, buffer stock bisa mencukupi kebutuhan selama beberapa bulan. "Perkiraan kami, pasokan sampai tiga bulan ke depan masih aman," tuturnya.Beruntung pula, KMI memiliki lebih dari satu pemasok di Jepang. Maka, jika salah satu pemasok terganggu gempa, KMI akan mengalihkan permintaan ke pemasok lain. Strategi selanjutnya, KMI siap mengalihkan sumber pasokan ke negara lain. "Jika kondisi sangat parah, kami bisa mengambil dari Thailand," lanjut Freddy. Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM), menuturkan, pengiriman komponen, CKD, dan CBU dari Jepang belum terganggu walau prinsipal Honda Motor Co harus menutup pabrik. Tapi dia mengakui, saat ini, Honda belum menerima kepastian dari pemasok di Jepang. "Sebaiknya kami menunggu saja laporan resmi dari pabrik disana," tuturnya. HPM juga akan menggunakan buffer stock untuk mengamankan kebutuhan selama sebulan ke depan. Menurut Jonfis, mobil Honda masih mengimpor 60% komponen dari Jepang dan beberapa negara di Asia Tenggara.Mengalihkan sumber impor Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman M.R. memaparkan, gempa di Jepang akan berpengaruh pada impor komponen dan CBU. Untuk menakar kerugian akibat bencana, Senin lalu (14/3), Asosiasi Industri Otomotif Jepang sudah memeriksa kerusakan pabrik. Hasil pemeriksaan itu sedianya diumumkan hari ini (17/3). "Dari pemeriksaan itu akan diketahui Jepang siap atau tidak mengirim pasokan. Kalau tidak, kami akan berembuk menyusun solusinya," tukas Sudirman. Namun, Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemperin), meminta para ATPM dan pabrik otomotif agar tidak khawatir. Pasalnya, sejumlah komponen pengganti bisa diambil dari beberapa pabrik di negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, dan Korea Selatan. "Jadi, pabrik bisa mengalihkan sumber impor," kata Budi Darmadi kepada KONTAN, Rabu (16/3).Lagi pula, sebagian besar kendaraan roda empat dan roda dua dalam negeri sudah memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 80%. Artinya, pasokan dari Jepang yang seret seharusnya tidak jadi masalah besar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
ATPM mencari pemasok dari negara lain
JAKARTA. Gempa dan gelombang tsunami yang menerpa Jepang pekan silam membuat pelaku bisnis otomotif siaga. Pasalnya, industri otomotif dalam negeri masih mengimpor beberapa komponen, mobil rakitan atau completely knocked down (CKD), dan mobil utuh atau completely built up (CBU) dari Jepang.Lumpuhnya kegiatan sejumlah pabrik otomotif di Jepang bisa mengancam pengiriman produk otomotif ke Tanah Air. Menyadari hal ini, para agen tunggal pemegang merek (ATPM) dan pabrik otomotif mulai menyiapkan strategi agar penjualannya tak jeblok.Ambil contoh PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI). Freddyanto Basuki, Manajer Pemasaran dan Promosi (KMI), mengakui, KMI bergantung cukup besar pada Jepang. Sebab, 40% komponen KMI masih berasal dari negara itu. "Beberapa masih impor dari Jepang, terutama mesin," tandasnya. Komponen lain yang selama ini didatangkan dari Jepang adalah knalpot, aki, dan karburator. Nah, agar pasokan aman dan penjualan tidak menurun, KMI menerapkan sistem penyangga pasokan atau buffer stock. Biasanya, buffer stock bisa mencukupi kebutuhan selama beberapa bulan. "Perkiraan kami, pasokan sampai tiga bulan ke depan masih aman," tuturnya.Beruntung pula, KMI memiliki lebih dari satu pemasok di Jepang. Maka, jika salah satu pemasok terganggu gempa, KMI akan mengalihkan permintaan ke pemasok lain. Strategi selanjutnya, KMI siap mengalihkan sumber pasokan ke negara lain. "Jika kondisi sangat parah, kami bisa mengambil dari Thailand," lanjut Freddy. Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM), menuturkan, pengiriman komponen, CKD, dan CBU dari Jepang belum terganggu walau prinsipal Honda Motor Co harus menutup pabrik. Tapi dia mengakui, saat ini, Honda belum menerima kepastian dari pemasok di Jepang. "Sebaiknya kami menunggu saja laporan resmi dari pabrik disana," tuturnya. HPM juga akan menggunakan buffer stock untuk mengamankan kebutuhan selama sebulan ke depan. Menurut Jonfis, mobil Honda masih mengimpor 60% komponen dari Jepang dan beberapa negara di Asia Tenggara.Mengalihkan sumber impor Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman M.R. memaparkan, gempa di Jepang akan berpengaruh pada impor komponen dan CBU. Untuk menakar kerugian akibat bencana, Senin lalu (14/3), Asosiasi Industri Otomotif Jepang sudah memeriksa kerusakan pabrik. Hasil pemeriksaan itu sedianya diumumkan hari ini (17/3). "Dari pemeriksaan itu akan diketahui Jepang siap atau tidak mengirim pasokan. Kalau tidak, kami akan berembuk menyusun solusinya," tukas Sudirman. Namun, Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemperin), meminta para ATPM dan pabrik otomotif agar tidak khawatir. Pasalnya, sejumlah komponen pengganti bisa diambil dari beberapa pabrik di negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, dan Korea Selatan. "Jadi, pabrik bisa mengalihkan sumber impor," kata Budi Darmadi kepada KONTAN, Rabu (16/3).Lagi pula, sebagian besar kendaraan roda empat dan roda dua dalam negeri sudah memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 80%. Artinya, pasokan dari Jepang yang seret seharusnya tidak jadi masalah besar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News