OREGON. Pemerintah AS berusaha menggagalkan proses pengambilalihan saham T-Mobile USA Inc. oleh AT & T Inc. Departemen Kehakiman AS pada 1 September 2011 dituntut untuk memblokir proposal akuisisi AT & T kepada T-Mobile sebesar US$ 39 miliar itu. Alasan pemerintah berusaha memblokir aksi akuisisi itu lantaran altivitas ini dianggap bisa mengakibatkan kompetisi tidak sehat antara perusahaan operator nirkabel di AS. Padahal, dengan menguasai T-Mobile, AT & T berencana bisa menambah kapasitas jaringan dan mempercepat peluncuran inovasi teknologi terbaru. Tentu saja ujung-ujungnya akuisisi ini penting untuk menambah pelanggan dan meningkatkan pendapatan perusahaan ke depannya. Jika AT & T gagal mengakuisisi T-Mobile, sebagian konsumen AT & T yang sebanyak 98,6 juta orang akan beralih ke operator lain dengan akses jaringan yang lebih cepat. Akuisisi ini bakal menjadi perpaduan antara operator telekomunikasi terbesar kedua dan keempat. Perusahaan terbesar pertama adalah Verizon Wireless dan Sprint Nextel Corp. adalah perusahaan operator terbesar ketiga. Mengingat pentingnya langkah akuisisi ini, AT & T berharap bisa memberi solusi dan pengertian kepada pemerintah AS agar langkah akuisisi ini bisa terus berjalan. AT & T telah bersiap membuat konsesi bahwa pengambilalihan T-Mobile tidak akan membuat harga naik dan tidak membuat persaingan tidak sehat. Rencana ini akan disodorkan sebelum gugatan pemerintah sampai ke pengadilan. Namun, jika perjanjian akuisisi ini sampai gagal, AT & T harus membayar US$ 6 miliar tunai kepada induk usaha T-Mobile yakni Deutsche Telekom dan aset lainnya sebagai bagian dari perjanjian awal akuisisi ini. Atau, AT & T harus menjual 25% kepemilikan sahamnya pada T-Mobile, untuk menjawab kekhawatiran pemerintah bahwa hanya tiga perusahaan yang menguasai 90% pasar nirkabel AS jika merger ini terus berjalan. "Akan sulit bagi AT & T untuk mencapai penyelesaian atas masalah ini karena harus ada divestasi baik di tingkat nasional maupun regional," ujar Bob Dylon mantan antitrust enforcer di perusahaan swasta AS. Ied Chief Executive AT & T Randall Stephenson tidak bersedia berkomentar banyak. Sebelumnya, ia pernah menyatakan keyakinannya untuk bisa menggolkan akuisisi ini dan berencana untuk melawan gugatan dari pemerintah.
AT&T siapkan rencana untuk menggolkan akusisi T-Mobile senilai US$ 39 miliar
OREGON. Pemerintah AS berusaha menggagalkan proses pengambilalihan saham T-Mobile USA Inc. oleh AT & T Inc. Departemen Kehakiman AS pada 1 September 2011 dituntut untuk memblokir proposal akuisisi AT & T kepada T-Mobile sebesar US$ 39 miliar itu. Alasan pemerintah berusaha memblokir aksi akuisisi itu lantaran altivitas ini dianggap bisa mengakibatkan kompetisi tidak sehat antara perusahaan operator nirkabel di AS. Padahal, dengan menguasai T-Mobile, AT & T berencana bisa menambah kapasitas jaringan dan mempercepat peluncuran inovasi teknologi terbaru. Tentu saja ujung-ujungnya akuisisi ini penting untuk menambah pelanggan dan meningkatkan pendapatan perusahaan ke depannya. Jika AT & T gagal mengakuisisi T-Mobile, sebagian konsumen AT & T yang sebanyak 98,6 juta orang akan beralih ke operator lain dengan akses jaringan yang lebih cepat. Akuisisi ini bakal menjadi perpaduan antara operator telekomunikasi terbesar kedua dan keempat. Perusahaan terbesar pertama adalah Verizon Wireless dan Sprint Nextel Corp. adalah perusahaan operator terbesar ketiga. Mengingat pentingnya langkah akuisisi ini, AT & T berharap bisa memberi solusi dan pengertian kepada pemerintah AS agar langkah akuisisi ini bisa terus berjalan. AT & T telah bersiap membuat konsesi bahwa pengambilalihan T-Mobile tidak akan membuat harga naik dan tidak membuat persaingan tidak sehat. Rencana ini akan disodorkan sebelum gugatan pemerintah sampai ke pengadilan. Namun, jika perjanjian akuisisi ini sampai gagal, AT & T harus membayar US$ 6 miliar tunai kepada induk usaha T-Mobile yakni Deutsche Telekom dan aset lainnya sebagai bagian dari perjanjian awal akuisisi ini. Atau, AT & T harus menjual 25% kepemilikan sahamnya pada T-Mobile, untuk menjawab kekhawatiran pemerintah bahwa hanya tiga perusahaan yang menguasai 90% pasar nirkabel AS jika merger ini terus berjalan. "Akan sulit bagi AT & T untuk mencapai penyelesaian atas masalah ini karena harus ada divestasi baik di tingkat nasional maupun regional," ujar Bob Dylon mantan antitrust enforcer di perusahaan swasta AS. Ied Chief Executive AT & T Randall Stephenson tidak bersedia berkomentar banyak. Sebelumnya, ia pernah menyatakan keyakinannya untuk bisa menggolkan akuisisi ini dan berencana untuk melawan gugatan dari pemerintah.