Atur Kembali Portofolio Investasi Saat Perekonomian Lebih Baik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek perekonomian semakin membaik seiring berkurangnya tekanan suku bunga global. Dengan adanya perubahan pasar, maka diperlukan adanya strategi yang tepat untuk menata ulang portofolio investasi.

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana menyarankan investor untuk mengatur ulang portofolio investasi ketika terjadi perubahan di pasar. Hal ini untuk memastikan komposisi portofolio kembali ke tingkat yang sesuai dengan rencana investasi di awal. 

Kenaikan suku bunga global yang diperkirakan sudah mendekati puncaknya pada paruh kedua tahun ini. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II 2023 sebesar 5,17% yang terkuat dalam tiga triwulan terakhir diharapkan dapat mendukung sentimen yang lebih positif di pasar finansial. 


Krizia menyarankan adanya diversifikasi portofolio. Komposisi portofolio setiap orang bisa berbeda-beda, mulai dari saham, obligasi, reksa dana, deposito, kas dan setara kas, properti, hingga benda seni, dan lain- lain. 

Baca Juga: Saham-Saham Ini di Bawah Harga Rp 10, Berani Masuk?

Namun perlu diingat bahwa saat menyusun portofolio, isinya harus disesuaikan dengan toleransi risiko yaitu pemilihan aset berdasarkan kinerja yang diharapkan, jangka waktu investasi dan kebutuhan akan likuiditas. 

"Diversifikasi isi portofolio sangat penting dilakukan untuk meningkatkan imbal hasil secara keseluruhan lewat kinerja yang lebih stabil dari waktu ke waktu," ucap Krizia dalam siaran pers, Rabu (7/9).

Krizia menilai, kombinasi berbagai jenis aset dengan tingkat korelasi yang rendah akan memberikan kinerja portofolio yang lebih optimal dengan tingkat risiko yang lebih rendah. 

Baca Juga: Menjajal Kembali Level 7.000, Begini Arah IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan Analis

Setiap kelas aset memiliki perilaku kinerja yang berbeda di setiap siklus ekonomi, ketika satu area dalam portofolio sedang berkinerja buruk, diharapkan dampaknya lebih terbatas, terbantu oleh aset yang kinerjanya sedang baik.

"Tentunya akan lebih ideal jika seluruh kelas aset di dalam portofolio mampu memberikan imbal hasil yang optimal. Namun kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di pasar," ungkap Krizia.

Evaluasi terhadap portofolio juga harus dilakukan secara rutin. Seiring berjalannya waktu, baik kondisi pasar finansial, pasar modal, maupun tujuan keuangan masing-masing investor bisa berubah.

Oleh karena itu, Krizia menyarankan untuk lakukan evaluasi portofolio investasi secara rutin misalnya setiap enam bulan sekali, atau berdasarkan ambang batas ketika bobot portofolio sudah menyimpang dari target yang ditentukan di awal.

Baca Juga: Bank Pelat Merah Terus Genjot Portofolio Pembiayaan ESG

Namun, jika terjadi kondisi luar biasa di pasar yang bisa berdampak pada investasi, maka lakukan evaluasi di luar jadwal atau lebih cepat dari jadwal. Hal ini penting dilakukan agar tujuan keuangan dapat tercapai sesuai jadwal. Terakhir dan yang paling utama adalah investor harus menyesuaikan strategi dengan tujuan dan profil risiko. 

Ketika melakukan evaluasi portofolio, perlu melihat kinerja masing-masing jenis aset apakah masih sesuai tujuan atau tidak. Selain itu, dengan pergerakan harga pasar, lihat apakah komposisi portofolio masih sesuai dengan toleransi risiko kita atau sudah berubah.

Secara singkat, profil risiko dibagi menjadi tiga, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Investor konservatif atau moderat disarankan untuk melakukan penempatan investasi dengan bobot yang lebih dominan pada reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap, serta sedikit alokasi di reksa dana saham yang berfungsi sebagai booster.

Sedangkan bagi investor dengan profil risiko agresif disarankan untuk melakukan penempatan yang lebih dominan pada reksadana saham dan sedikit alokasi di reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang sebagai penyeimbang.

Baca Juga: Pertimbangkan Strategi Buy The Dip Saat Harga Bitcoin Koreksi di September

Dalam pengelolaan reksadana saham, Krizia menjelaskan, manajer investasi biaa5 membagi pengelolaannya dalam dua strategi, yaitu strategi core dan strategi high conviction

Pada reksa dana dengan strategi core, pemilihan aset dasar dilakukan dengan melakukan analisa makro ekonomi terlebih dahulu, menentukan pilihan sektoral kemudian baru diikuti dengan pilihan saham dengan potensi kinerja terbaik. 

"Pemilihannya tidak berdeviasi jauh dari indeks acuan," ujar Rizkia.

Sedangkan pada strategi high conviction, konstruksi portofolionya langsung terfokus pada pemilihan saham dengan potensi kinerja terbaik, sehingga deviasi terhadap indeks acuan cenderung lebih besar.

Baca Juga: Dinilai Positif, Cek Prospek Emiten Barang Konsumen Hingga Akhir Tahun

Rizkia bilang, strategi high conviction lebih cocok bagi investor dengan profil risiko agresif dan telah memiliki pengetahuan cukup terkait investasi di pasar saham.

Sebagai gambaran, Manulife memiliki reksadana pasar uang Manulife Dana Kas II (MDK II) Kelas A memberikan imbal hasil sebesar 2,04% ytd per akhir Juli 2023. 

Di periode yang sama, reksadana pendapatan tetap Manulife Obligasi Negara Indonesia II (MONI II) Kelas A memberikan imbal hasil 6,11%, dan reksadana saham Manulife Dana Saham (MDS) Kelas A memberikan imbal hasil 2,97%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati