Atur Portofolio Jelang Pertemuan The Fed dan Pergantian Presiden, Begini Strateginya



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Investor bisa mengocok ulang kembali racikan portofolio jelang penentuan arah suku bunga dan pergantian presiden baru. Secara historis, pelonggaran kebijakan moneter dan pergantian presiden berdampak positif terhadap aset saham dan surat utang.

CEO PT Pinnacle Persada Investama (Pinnacle Investment), Guntur Putra mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam meracik portofolio investasi di tengah suku bunga akan dipangkas dan pergantian Presiden.

Penurunan suku bunga biasanya akan membuat aset berisiko seperti saham menjadi lebih menarik. Hal itu karena biaya pinjaman yang lebih rendah dapat mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan likuiditas pasar.


Di samping itu, pergantian kepemimpinan dapat memengaruhi kebijakan ekonomi dan sektor-sektor tertentu. Oleh karenanya, penting untuk memperhatikan tiap kebijakan yang dapat berpengaruh bagi pergerakan imbal hasil aset investasi.

Baca Juga: Imbal Hasil Reksadana Kompak Naik di Bulan Agustus, Paling Tinggi Reksadana Saham

Guntur menyebutkan, langkah-langkah Bank Indonesia (BI) dan pemerintah baru perlu dipantau karena dapat memengaruhi nilai tukar dan kebijakan moneter domestik. Investor juga perlu memperhatikan faktor lain seperti inflasi, kondisi geopolitik, dan sentimen pasar global.

‘’Sehingga, penyesuaian portofolio sebaiknya dilakukan setelah mempertimbangkan baik langkah-langkah Fed maupun Bank Indonesia,’’ jelas Guntur kepada Kontan.co.id, Selasa (3/9).

Guntur menilai, nantinya apabila suku bunga Federal Reserve benar dipangkas, maka berpotensi mendorong aliran dana masuk (capital inflow) ke negara berkembang termasuk Indonesia. Dengan demikian, pasar saham dan obligasi domestik bakal diuntungkan.

Namun, investor tetap perlu memperhatikan kebijakan ekonomi dan moneter yang akan diambil oleh pemerintahan baru, serta perkembangan ekonomi dan inflasi global. Sebab, ketidakpastian di bidang-bidang ini dapat memengaruhi stabilitas pasar dan keputusan investasi ke depan.

Perencana Keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto mengamati, secara historis, pasar saham biasanya memang menunjukkan peningkatan saat adanya pergantian kepemimpinan. Terkhusus, pada pergerakan IHSG selama pemerintahan baru Indonesia.

Oleh karena itu, aset saham menarik dicermati saat adanya pemerintahan baru dan suku bunga akan dipangkas turun. Di samping itu, dipangkasnya suku bunga dapat berdampak positif pula bagi aset surat utang karena investor berpotensi dapatkan keuntungan ganda dari kupon dan capital gain.

‘’Jadi saham sebagai salah satu bagian dalam investasi. Sementara, obligasi bisa jadi alternatif yang menarik,’’ ujar Eko saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (3/9).

CEO and Founder Finansialku, Melvin Mumpuni melihat bahwa saat ini investor masih menunggu kabar mengenai kepastian pemangkasan suku bunga acuan the Fed dan juga pemimpin baru Amerika Serikat (AS). Dan ketika nantinya arah suku bunga dan pemerintah Amerika lebih jelas, maka membuka peluang untuk masuk lagi ke aset berisiko tinggi.

‘’Ketika suku bunga turun, jadi kesempatan untuk investasi di produk-produk berisiko tinggi,’’ ungkap Melvin kepada Kontan.co.id, Selasa (3/9).

Semakin kuatnya desas-desus pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika tersebut terlihat telah menggairahkan kondisi pasar. Seperti diketahui, The Fed sebagai salah satu bank sentral terbesar di dunia dijadwalkan akan bertemu membahas arah suku bunga pada 18 September mendatang.

Baca Juga: 54% Portofolio Bill Gates Diinvestasikan di 2 Saham Ini

Melvin mencermati, saat ini berita suku bunga dipangkas tersebut telah bertranslasi bagi pergerakan aset berisiko tinggi seperti saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau sedang reli dan sempat mencapai level tertingginya (All Time High/ATH) pada Senin, (2/9).

Namun, Melvin mengingatkan bahwa pilihan produk investasi harus disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan investasi masing-masing investor. Bagi tipe investor agresif, maka dapat mengalokasikan aset sekitar 50% untuk capital gain, 30% untuk cash flow, serta 20% untuk aset likuid.

Bagi investor tipe moderat bisa mengalokasikan 40% ke capital gain dengan risiko lebih tinggi, 30% untuk investasi yang menghasilkan cash flow, serta 30% untuk diamankan ke aset likuid. Sementara itu, bagi investor tipe konservatif dapat masukkan 20% ke aset capital gain, lalu 40% ke aset cash flow, serta aset likuid sebanyak 40%.

Kalau Eko, menyarankan racikan portofolio investor tipe konservatif yaitu dana dialokasikan sekitar 20% ke deposito, 60% obligasi, serta 20% saham. Untuk investor moderat, bisa masukan dana 60% ke deposito dan sisanya 40% ke saham.

Sedangkan, saran portofolio investasi bagi investor berkarakter agresif yakni sekitar 10% bisa alokasikan ke deposito. Kemudian sebanyak 30% ke obligasi dan sisanya 70% ke saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih