Atur ulang strategi investasi Anda pasca libur Lebaran, simak pendapat analis



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Para investor dan khususnya trader perlu meninjau ulang strategi investasi saham mereka pasca libur panjang Lebaran tahun ini. Berbagai sentimen yang muncul berpotensi membuat harga saham fluktuatif. Semisal perang dagang yang terus memanas dan akan mempengaruhi ekspor Indonesia dalam jangka panjang.

Mengutip data RTI, Jumat (31/1), selama sepekan volume transaksi di pasar saham atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 76,8 miliar dengan frekuensi transaksi mencapai 2,1 juta kali. Sedangkan nilainya mencapai Rp 53,7 triliun. Selama periode itu pula indeks menguat sebesar 2,92%. Ketika perdagangan pekan ini ditutup, IHSG berada pada level 6.209

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan, investor perlu cermat ketika pasar nanti kembali dibuka. Menurutnya, tentu lebih menarik membeli saham yang konsisten membagi dividen serta memiliki prospek bisnis yang masih menarik dalam jangka panjang.


“Juga jangan lupa lihat valuasinya. Menarik mengincar saham yang masih undervalued,” kata Frederik, Rabu (29/5).

Menurutnya, tidak ada pengaruh signifikan antara membeli saham saat ini atau setelah market aktif lagi. “Untuk investasi, ke depan IHSG masih cenderung flat. Jadi tidak ada beda signifikan,” tandasnya.

Meski begitu, Frederik tetap memperingatkan mengenai faktor-faktor yang perlu diwaspadai selama libur lebaran. “Perlu diingat meski kita libur, tapi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China tidak libur. Bahkan cenderung memanas,” ujarnya.

Hal itu belum menghitung mengenai sentimen apa yang bisa menerpa indeks pasca libur Lebaran.

Dari faktor domestik, ia menduga fokus pasar akan tertuju pada rencana-rencana program pemerintah Indonesia di periode 2019-2024. Meski berpengaruh, namun itu tidak akan terlalu signifikan lantaran kobaran perang dagang.

“Manufaktur China sudah mengalami perlambatan. Pelan tapi pasti bisa mempengaruhi Indonesia terutama dari segi ekspor,” tambah Frederik.

Frederik menilai, dari 15 tahun ke belakang, IHSG hampir menunjukkan peningkatan di bulan Juli meski biasanya di bulan Agustus akan mengalami koreksi. “Tergantung bagaimana rilis data keuangan di kuartal kedua nanti,” katanya.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan hal yang sama. Menurutnya, tidak ada strategi yang bisa dibilang paling jitu pasca libur panjang nanti. “Kembali pada tujuan dan profil risiko masing-masing investor,” kata Wawan, Rabu (29/5).

Pada dasarnya, ia menilai bahwa investasi pada saham selalu lebih baik untuk jangka panjang. “Sehingga akan lebih mini risiko atas sentimen-sentimen seperti ini (libur lebaran),” tambahnya.

Wawan merekomendasikan para investor dan trader untuk memperhatikan saham blue chip dengan valuasi yang murah. “Bisa dari perbankan seperti BMRI, BBRI, BBCA, dan BBNI,” katanya.

Di samping itu, saham dari sektor consumer goods juga bisa menjadi opsi. “Peningkatan konsumsi jelang Idul Fitri bisa mengerek sektor tersebut. Bisa tilik UNVR atau ICBP,” tambahnya.

Mengenai faktor-faktor yang perlu diwaspadai selama libur lebaran, Wawan lebih menimbang sentimen politik dalam negeri. Sengketa politik pasca pemilu 2019 yang masih berlangsung ia nilai bukan tidak mungkin menggoyang pasar.

“Perkembangan politik dan keamanan harus diakui masih jadi isu. Paling tidak menunggu sampai keputusan definitif MK,” tandasnya.

Selain itu proyeksi global juga bisa memengaruhi pergerakan indeks pasca libur. Menurutnya bila sentimen global mengerek indeks regional maka bukan tidak mungkin pergerakan indeks dalam negeri akan cemerlang setelah libur panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli