Aturan baru soal KEK bisa beri sentimen positif bagi saham emiten kawasan industri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menetapkan beleid baru mengenai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui omnibus law cipta kerja. Kini perusahaan pengusul KEK harus telah menguasai minimal 50% total luas lahan yang direncanakan. 

Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian menjelaskan bagi para emiten kawasan industri, beleid ini sebenarnya tidak memiliki efek signifikan karena pada umumnya emiten yang bergerak di sektor tersebut sudah mempunyai landbank yang cukup besar seperti PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) yang memiliki lahan di Karawang seluas 1.400 hektare (ha) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang memiliki lahan 1.250 ha di Subang. 

Namun, mendapatkan status sebagai KEK dapat memberi sentimen positif bagi saham-saham emiten kawasan industri. "Prospek emiten properti semakin membaik karena dengan naiknya status kawasan industri mereka menjadi KEK, DMAS dan SSIA akan mendapatkan banyak benefit seperti otonomi daerah, kemudahan perizinan, keimigrasian dan tax holiday," jelas Joey kepada Kontan, Kamis (15/10). 


Baca Juga: Aksi replanting Salim Ivomas (SIMP) akan berdampak positif untuk jangka panjang

Joey masih merekomendasikan saham DMAS dan SSIA dengan cadangan lahan lebih dari 1000 ha. Namun, DMAS menjadi pilihan utama Sucor Sekuritas karena tidak memiliki utang, lahan yang unscattered dan adanya potensi dari lahan komersial dan residensial. Joey menetapkan target harga saham DMAS untuk 12 bulan ke depan Rp 300. 

Dari segi kesiapan suprastruktur, DMAS dan SSIA juga dinilai cukup mumpuni. "Jauh lebih siap dibanding kawasan industri batang yang masih jauh tertinggal pembangunan infrastrukturnya seperti jaringan listrik, gas dan akses," jelas dia. 

Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas juga mengatakan perubahan status dari kawasan industri menjadi KEK justru menarik karena ada banyak keuntungan yang didapatkan. "KEK akan banyak mendapatkan insentif dari pemerintah dan nantinya secara tidak langsung akan menarik minat investor asing untuk berinvestasi," jelasnya. 

Dengan alasan tersebut, beleid baru ini juga dapat menjadi sentimen positif bagi saham emiten kawasan industri. 

Baca Juga: Bakal terbitkan OWK, simak rekomendasi untuk saham GIAA

Sukarno merekomendasikan saham ASRI, BEST, DILD dan LPCK karena secara valuasi sudah tergolong murah. Price book to value (PBV) ASRI tercatat 0,24 kali, BEST sebesar 0,39 kali, DILD sebesar 0,31 kali dan LPCK sebesar 0,2 kali.  "Masih di bawah 1 kali bahkan kurang dari 0,5 kali merupakan super diskon. Tetapi tetap dipantau perkembangan kinerjanya ke depan seperti apa," imbuhnya. 

Untuk saham ASRI dia memberikan target harga Rp 137 - Rp 148, BEST ditargetkan Rp 202 - Rp 214, DILD ditargetkan Rp 168 - Rp 179 dan LPCK ditargetkan Rp 840 - Rp 920. 

Selain itu, Sukarno juga melihat saham DILD, SSIA, KIJA dan BEST mayoritas merespon positif. Dari saham-saham di atas, Sukarno merekomendasikan saham SSIA dengan target harga Rp 515, KIJA dengan target harga Rp 236 dan BEST dengan target harga Rp 208. 

Selanjutnya: Adhi Karya (ADHI) bersiap ikuti lelang tender pemerintah tahun anggaran 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi