Aturan deposito bisa mengerek NIM BBTN



JAKARTA. Untuk menghimpun simpanan nasabah, kini perbankan tak bisa lagi jor-joran menawarkan bunga tinggi. Sebab, Otoritas Jasa Keuangan telah membatasi bunga deposito bagi kelompok bank BUKU 3 dan BUKU 4.

Dalam aturan yang berlaku mulai 1 Oktober 2014, OJK menentukan batas maksimal bunga deposito bank umum kelompok usaha (BUKU) 4 maskimal 200 basis poin (bps) di atas BI rate. Adapun untuk bank BUKU 3, batas bunga deposito maskimal 225 bps dari BI rate. Ini berarti maksimal bunga deposito bank BUKU 4 sebesar 9,50% dan bank BUKU 3 sebesar 9,75%.

Lantas, bagaimana efek beleid tersebut terhadap bisnis PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang termasuk bank BUKU 3?


Analis Ciptadana Securities, Syaiful Adrian menilai penurunan bunga deposito justru bisa meningkatkan margin BBTN. "Asal nasabah tidak pindah ke bank lain," ujar dia, Selasa (14/10). Syaiful yakin, penurunan bunga deposito tak menyebabkan nasabah BBTN lari ke bank lain. Soalnya, aturan ini juga berlaku bagi bank selevel BBTN.

Tjandra Lienandjaja, analis Mandiri Sekuritas dalam riset 13 Oktober 2014 bilang, bunga deposito dan kredit bermasalah yang masih tinggi membuat margin BBTN rendah. Di kuartal II 2014, BBTN mencatat net interest margin (NIM) sebesar 3,9%, turun dari 4,6% di kuartal I-2014 dan 4,9% di kuartal II-2013.

Tapi Tjandra berharap dengan bunga deposito yang lebih rendah, BBTN dapat mengurangi biaya dana sehingga meningkatkan NIM. Ini karena BBTN mempunyai porsi deposito berjangka sebesar 56% dari total dana pihak ketiga. Sementara 805 akun deposito berjangkanya masing-masing senilai lebih dari Rp 2 miliar. Oleh karena itu, sekitar 45% dari total simpanan telah menyebabkan biaya yang tinggi. Dengan batasan bunga deposito maksimal 9,75%, Tjandra berharap NIM BBTN akan naik menjadi 4,4% di akhir tahun nanti dan 4,7% pada 2015. Proyeksi ini lebih rendah daripada target NIM sebelumnya sebesar 5%.

Syaiful menduga BBTN masih mengalami kesulitan hingga akhir tahun nanti. Dengan loan to deposit ratio (LDR) di atas 100% dan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) sekitar 5%, BBTN bakal sulit memoles kinerjanya.

Selain itu, BBTN fokus menyalurkan kredit perumahan yang menyasar masyarakat menengah ke bawah. "Sektor perumahan masih melambat," lanjut Syaiful.

Syaiful berharap isu Bank Mandiri yang tertarik mengakuisisi BBTN berlanjut. Akuisisi ini bisa membantu BBTN untuk melonggarkan likuiditas. "Tanpa dorongan dari bank lebih besar, BBTN akan tetap mengalami kesulitan karena belum ada katalis positif," ujar dia.

Tahun ini, Tjandra memprediksi pendapatan bunga bersih BBTN senilai Rp 5,65 triliun, tumbuh tipis 0,18% daripada tahun lalu Rp 5,64 triliun. Sedangkan laba bersihnya diperkirakan Rp 1,49 triliun, menyusut 4,5% daripada tahun lalu Rp 1,56 triliun.

Syaiful menyarankan hold BBTN dengan target Rp 1.000 per saham. Tjandra merekomendasikan buy dengan target Rp 1.350 per saham. Adapun analis Panin Sekuritas Raymond Budiman merekomendasikan neutral BBTN dengan target Rp 1.100 per saham. Harga BBTN kemarin naik 1,85% menjadi Rp 1.100 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro