KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah masih konsisten menggenjot proyek infrastruktur, termasuk jalan tol. Mengacu rencana jangka menengah (2015-2019), pemerintah mengalokasikan dana senilai total Rp 540 triliun. Di periode yang sama, kalangan swasta akan membenamkan investasi senilai total Rp 200 triliun. Adapun perusahaan BUMN berkontribusi sebesar Rp 65 triliun. Analis Bloomberg Intelligence Charles Shum dalam riset yang dirilis Jumat (9/3) lalu menilai, proyek jalan tol berpotensi mendorong perkembangan infrastruktur di Indonesia.
Jasa Marga (JSMR), selaku BUMN, menjadi emiten yang diuntungkan dari proyek jalan tol. Sebab, emiten ini memiliki akses pendanaan, baik dari perbankan BUMN maupun penyertaan modal negara. Di saat yang sama, JSMR memiliki kemampuan memenuhi syarat modal yang besar untuk membiayai berbagai proyek tol. Tahun ini, JSMR menargetkan mengoperasikan sejumlah ruas jalan tol. Pemerintah menargetkan, proyek jalan tol sepanjang 900 kilometer (km) akan rampung pada tahun ini. Saat ini, jalan tol yang sudah beroperasi di Indonesia mencapai 1.072,64 km. Ruas tol tersebut sudah termasuk milik JSMR sepanjang 453,87 km, atau 42,31% dari total jalan tol di Indonesia. Selain JSMR, emiten yang menjadi operator jalan di Indonesia saat ini adalah Waskita Karya (WSKT), Nusantara Infrastructure (META) dan Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP). Aturan ganjil-genap Analis Profindo Sekuritas Yuliana berpendapat, gencarnya pembangunan jalan tol di Tanah Air belum mampu mengangkat prospek kinerja emiten jalan tol. "Proyek-proyek tersebut justru lebih menguntungkan bagi emiten konstruksi yang mengerjakan proyek pembangunan jalan tol," kata dia kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu. Bahkan, aturan ganjil-genap di ruas tol Jakarta-Cikampek yang dijadwalkan mulai berlaku pada Senin (12/3) berpotensi menekan kinerja JSMR.
Jika aturan ini bisa menekan kemacetan, maka ada kemungkinan bakal diterapkan di ruas tol lain yang memiliki kepadatan tinggi. Jadi, di jangka panjang, aturan ini tak hanya membayangi kinerja JSMR selaku operator tol Jakarta-Cikampek, tetapi juga emiten jalan tol lainnya seperti WSKT, CMNP dan META. Sedangkan analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menilai kebijakan ini tak berdampak signifikan ke kinerja JSMR. Jalur tol ini hanya berkontribusi 16,77% dari total pendapatan JSMR di 2017. "Pendapatan dari jalur tol lain milik JSMR masih cukup menutup potensi penurunan pendapatan mereka," ujar dia. William merekomendasikan
buy JSMR dengan target harga Rp 5.750–Rp 5.800 per saham. Harga JSMR pada Jumat lalu turun 0,48% ke Rp 5.200 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati