Aturan Royalti Baru Diterbitkan, Simak Rekomendasi Saham Tambang Batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2022 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdapat skema pajak progresif baru untuk Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang merupakan perpanjangan dari Kontrak Karya (KK) batubara generasi pertama.

Dengan skema baru, tarif pajak royalti batubara direvisi naik dari 13,5% saat ini menjadi kisaran 14%-28%. Tarif ini tergantung pada Harga Batubara Acuan (HBA). 

Skema royalti baru ini berlaku untuk IUPK yang terbit sebelum tahun 2022, sedangkan yang diterbitkan pada tahun 2022 akan dikenakan tarif baru pada tahun 2023.


Sementara itu, bagi penambang batubara pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) batubara akan dikenakan royalti berdasarkan nilai kalori sesuai aturan yang ada pada tahun 2019, yakni sebesar 3%-7%.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap menilai, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) akan menjadi emiten dalam cakupan analisisnya yang paling terpengaruh kebijakan anyar ini. 

Baca Juga: Volume Penjualan dan Produksi Batubara Resource Alam (KKGI) Turun di Tahun 2021

Sebab, kontrak PKP2B-nya akan berakhir pada Oktober 2022. Sementara itu, dalam jangka panjang, Juan melihat PKP2B milik PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) akan berakhir pada 2028.

Sementara itu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dinilai tidak akan terpengaruh karena semua kontraknya berada di bawah skema IUP.

Dengan situasi harga batubara yang berkisar antara US$ 200 per ton sampai US$ 400 per ton dalam dua bulan terakhir, Juan melihat skema baru ini akan memiliki dampak positif bagi ADRO. 

Juan memperkirakan laba bersih ADRO akan meningkat sebesar 1% hingga 13% dengan asumsi HBA berada di level US$ 150 per ton sampai US$ 300 per ton.

Di sisi lain, Juan mencatat skema baru ini akan membawa dampak negatif terhadap laba bersih ADRO jika HBA berada di sekitar US$ 81 per ton sampai US$ 120 per ton.

Selain itu, dengan asumsi harga batubara sebesar US$ 61 per ton sampai US$ 71 per ton, Juan melihat adanya dampak positif terhadap laba ADRO. Sebab ,tarif pajak efektif yang lebih rendah mengkompensasi tarif royalti yang lebih tinggi.

Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rating overweight di sektor batubara Indonesia. Juan memilih saham ITMG sebagai pilihan utama atau top picks di sektor ini. “ITMG sangat terkonsentrasi di bisnis batubara termal, batubaranya sebagian besar memiliki karakteristik kalori sedang hingga tinggi dengan porsi ekspor terbesar yang akan mendukung margin, dan memiliki dividend yield yang tinggi,” tulis Juan  dalam riset, Jumat (22/4).

Baca Juga: Waspada Harga Batubara Tetap Tinggi Hingga Tahun 2023

Juan merekomendasikan beli saham ITMG dengan target harga Rp 37.000 dan beli saham PTBA dengan target harga Rp 4.500. 

Sementara untuk ADRO, Juan menyematkan rekomendasi trading buy dengan target harga Rp 3.700. Risiko rekomendasi ini adalah melemahnya harga batubara global  dan perubahan regulasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi