Audience share turun, kinerja SCMA ditaksir turun



JAKARTA. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) mencatatkan penurunan pangsa pemirsa alias audience shares. Penurunan audience shares emiten media ini tentunya berpotensi menggerus pendapatan iklan, apalagi beberapa emiten konsumer yang menjadi tulang punggung pendapatan iklan membuat kebijakan memotong anggaran belanja iklan.

Analis Trimegah Securities, Kevie Aditya mengatakan, pada Juni 2017, pangsa pemirsa SCMA untuk prime time dan all time turun masing-masing 200 bps dan 150 bps menjadi 15,9% dan 14,5% month on month (mom). "Pangsa pemirsanya diambil ANTV," ujar Kevie dalam riset beberapa waktu lalu.

Kevie memprediksi pelemahan ini akan berlanjut pada bulan Juli, dan juga ada risiko pelemahan akan berlanjut pada Agustus dan seterusnya. Meskipun demikian, ia memperkirakan, SCMA masih mencatat pertumbuhan pendapatan 10%- 2% pada kuartal II-2017, sebab pangsa pemirsa masih kuat di bulan April. Namun, untuk kuartal III-2017 diperkirakan akan turun menjadi 6%-8%.


Ada beberapa faktor yang mendorong penurunan kinerjanya selain penurunan pangsa pemirsa yaitu dari ekternal. Saat ini perusahaan multinasional yang biasanya royal mengeluarkan belanja iklan mulai mengirit. Contohnya Unilever dan P&G, mereka memotong anggaran belanja iklannya.

Belum lagi daya beli masyarakat yang tidak bersemangat selama Idul Fitri tentunya menghambat perusahaan membelanjakan iklanya di kuartal selanjutnya.

Sementara analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menilai, sejatinya pada Mei 2017,sudah ada penurunan prime time 3,6% menjadi 17,8% dan penurunan tipis pada all time. Menurutnya, penurunan pangsa pemirsa ini disebabkan oleh sinetron baru yaitu 'Boy' dimana pangsa pemirsanya lebih rendah dari sinetron yang ada seperti 'Anak Langit' dan 'Berkah Cinta'.

Pada kuartal I-2017 SCMA membukukan pendapatan Rp 1 triliun naik tipis dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,06 triliun. Sedangkan untuk laba bersih turun 20% menjadi Rp 301 miliar dibanding tahun sebelumnya Rp 361 miliar.

Meskipun demikian Christine tetap menargetkan pertumbuhan pendapatan SCMA di 2017 sebesar 13,3% year on year (yoy) menjadi Rp 5,12 triliun. Untuk laba bersih, dia menargetkan tumbuh 21% yoy menjadi Rp 1,83 triliun.

Menurut Kevie, saat ini, valuasi SCMA sudah menarik sebab harga sahamnya turun 8,6% dalam sepekan terakhir, dan secara year to date harga saham SCMA turun 17,9%. Dengan price book value (PBV) saat ini 7,8x dan price earning ratio (PER) 27,07x, ia merekomendasikan hold dengan target harga Rp 2.500. Sedangkan, Christine merekomendasikan buy dengan target harga Rp 3.290.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini