AUM reksadana indeks saham tumbuh paling tinggi tersokong kinerja indeks LQ45



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks LQ45 tumbuh positif. Dana kelolaan atawa asset under management (AUM) reksadana indeks saham turut tumbuh. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Oktober 2021, AUM reksadana indeks saham naik 7,02% secara bulanan menjadi Rp 8,68 triliun. Kenaikan tersebut jadi yang paling tinggi dibanding jenis reksadana lain. Bahkan, reksadana saham tercatat menurun 1,52% mom dan reksadana exchange traded fund juga menurun 2,46% mom. 

Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengatakan, AUM reksadana indeks saham naik karena tersokong dari kenaikan kinerja indeks LQ45 yang sepanjang Oktober naik 9,45%. 


Ika memproyeksikan, baik IHSG maupun LQ45 berpeluang mencatatkan inflow asing serta tembus all time high. Namun, saham-saham blue chip yang sebagian besar masuk ke indeks LQ45 masih cenderung tertinggal atau lagging dibanding IHSG. Di satu sisi, potensi kenaikan saham-saham tersebut jadi jauh lebih menarik.

Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana naik, tapi AUM reksadana saham dan ETF justru turun

Ika melihat, IHSG berpotensi naik 10%-15% di tahun depan. Sementara, potensi pertumbuhan reksadana indeks di tahun depan diperkirakan berada di rentang 12%-15%. Untuk sisa tahun ini potensi pertumbuhan reksadana indeks saham berpeluang naik 3%-4%. 

"Reksadana indeks berbasis big cap seperti LQ45, IDX30 dan juga yang bertema ESG seperti Sri Kehati dan IDX ESG akan menarik," kata Ika, Jumat (12/11). 

Sedangkan, Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana memproyeksikan, ke depan AUM reksadana indeks saham akan kembali bertumbuh beriringan dengan pertumbuhan AUM reksadana saham dan ETF karena sama-sama berbasis saham. Perbaikan kinerja pasar saham akan menarik minat inevstor untuk investais ke tiga jenis reksadana saham tersebut. 

Wawan memperkirakan, di tahun depan pasar IHSG berpotensi tumbuh 10%-12%, begitupun pertumbuhan kinerja reksadana saham indeks. Penggerak pertumbuhan kinerja pasar saham di tahun depan datang dari sentimen kondisi kesehatan Indonesia yang lebih baik yang dapat memicu aktivitas masyarakat kembali berjalan dan terjadi perbaikan ekonomi.

"Sentimen tersebut akan meningkatkan pendapatan para emiten dan memicu kenaikan harga saham," kata Wawan. 

Selanjutnya: Ini reksadana pertama di Indonesia yang fokus ke Top 50 perusahaan teknologi global

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat