JAKARTA.Tren
bullish pada pasar saham dimanfaatkan investor untuk melakukan aksi ambil untung. Dampaknya, dana kelolaan pada reksadana saham turun. Berdasarkan data Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana saham di September turun 7,02% dibandingkan posisi bulan sebelumnya menjadi Rp 104,85 triliun. Di Agustus lalu, dana kelolaan tercatat sebesar Rp 112,77 triliun. Serupa, unit penyertaan reksadana saham juga ambles 4,73% menjadi 50,09 miliar unit di akhir September lalu.
"Nasabah institusi banyak yang ambil untung, memanfaatkan momentum kenaikan IHSG," ujar Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, Kamis (6/10). Maklum, sejak awal tahun, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah melejit 16,8%. Selain gara-gara
profit taking, Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo bilang, investor juga melakukan switching dana ke reksadana dengan profil risiko rendah, seperti pendapatan tetap dan terproteksi. Ini terlihat dari dana kelolaan reksadana pendapatan tetap yang malah naik 3,67% dari Rp 62,08 triliun di Agustus jadi Rp 64,24 triliun di September. Dana kelolaan reksadana terproteksi pun melambung dari 2,13% ke Rp 78,52 triliun. Analis Infovesta Utama Edbert Suryajaya menambahkan, produk reksadana milik Schroder Investment Management Indonesia, yaitu Schroder Dana Prestasi Dinamis, menyumbang rapor merah reksadana saham. Penyebabnya, dana kelolaan reksadana ini meluncur ke posisi Rp 2,5 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 9,6 triliun. Direktur Utama Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi menjelaskan, produk tersebut memang bakal ditutup. Dana di produk tersebut akan dialihkan ke kontrak pengelolaan dana (KPD). "Perubahan ini kami lakukan berdasarkan permintaan investor," tegas dia. Dengan perubahan tersebut, porsi total dana kelolaan KPD milik Schroder akhirnya terbang dari Rp 23 triliun menjadi Rp 30 triliun pada 30 September 2016. Sebaliknya, dana kelolaan reksadana terkikis menjadi Rp 45 triliun dari Rp 53 triliun. Menguat terbatas
Hingga akhir tahun, Beben memperkirakan kinerja reksadana masih berpotensi menguat walau terbatas. Pemicunya, tren suku bunga rendah, pembangunan infrastruktur dan realisasi amnesti pajak. Selain itu, belanja masyarakat saat libur akhir tahun bakal menggenjot ekonomi domestik. "Periode rilisnya laporan keuangan kuartal III serta sentimen luar, khususnya kenaikan suku bunga The Fed Desember mendatang, juga akan mempengaruhi pasar," tutur Beben. Serupa, Edbert juga menggarisbawahi, faktor global perlu diperhatikan karena dapat menciptakan fluktuasi di pasar modal hingga akhir tahun. Investor perlu mewaspadai pemilu AS, keputusan The Fed terkait suku bunga, potensi selesainya program stimulus keuangan di Eropa, perbaikan ekonomi Tiongkok dan Jepang, serta pergerakan harga minyak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie