Austindo (ANJT) Merugi pada Kuartal I, Begini Penjelasan Manajemen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencatatkan kinerja kurang memuaskan di kuartal I 2023. Emiten kelapa sawit ini mencetak rugi bersih sebesar US$ 3,76 juta dari sebelumnya laba US$ 11,23 juta.

Manajemen ANJT dalam keterangannya menjelaskan, hal tersebut sejalan dengan pendapatan yang lebih rendah di kuartal I 2023 dan tambahan pengakuan beban bunga dari perkebunan Papua Barat Daya.

"Seluruh area tertanam kami di perkebunan Papua Barat Daya telah diklasifikasikan sebagai tanaman menghasilkan pada awal tahun 2023 dan oleh karena itu, kami tidak dapat lagi mengkapitalisasi beban bunga dari perkebunan ini," jelasnya, Jumat (28/4).


Selain itu, perseroan juga harus mengakui seluruh biaya penyusutan dan biaya operasional kebun yang lebih tinggi dari areanya yang baru menghasilkan di perkebunan Papua Barat Daya dengan total US$ 1,6 juta. Sedangkan produksi dari area yang baru menghasilkan tersebut hanya akan mencapai tingkat optimum produksi dalam tiga tahun ke depan.

Baca Juga: GTS Internasional (GTSI) Akan Rampungkan Pembelian Kapal LNG pada Akhir Mei

"Hal ini menghasilkan marjin laba bersih pada kuartal I 2023 minus 7,7%, turun dari 14,8% pada kuartal I 2022," sambungnya.

Dari pendapatan, ANJT mencetak perolehan sebesar US$ 50,87 juta. Angka itu turun 32,65% dibandingkan kuartal I 2022 sebesar US$ 75,54 juta.

Penurunan pendapatan seiring dengan turunnya harga CPO. Sepanjang kuartal I 2023, harga CPO mengalami penurunan sebagai dampak dari jumlah produksi sawit lebih tinggi dan penurunan harga minyak nabati lain di tengah kekhawatiran kemungkinan resesi ekonomi global.

Oleh sebab itu, perseroan mencatatkan harga jual rata-rata (HJR) untuk CPO sebesar US$ 776/metrik ton (MT) di kuartal I 2023. Angka itu mencerminkan 27,5% lebih rendah dari HJR kuartal I 2022 sebesar US$ 1.069/MT. Sedangkan HJR untuk Palm Kernel pada kuartal I 2023 sebesar US$ 382/MT, mengalami penurunan sebesar 56,7% dari HJR kuartal I 2022 sebesar USD 882/MT.

Pada 31 Maret 2023, jumlah aset meningkat sebesar 2,8% menjadi US$ 619,5 juta. Utamanya disebabkan oleh kenaikan nilai persediaan, tanaman produktif dan aset tetap sebagai dampak penguatan mata uang Rupiah dan jumlah persediaan minyak sawit yang lebih tinggi pada kuartal I 2023.

Jumlah liabilitas naik sebesar 6,2% dari US$ 178,5 juta menjadi US$ 189,5 juta, terutama didorong oleh kenaikan pinjaman bank jangka pendek.

Baca Juga: Tambah Gedung Data Center, Indointernet (EDGE) Siapkan Capex Rp 1 Triliun

Akhir kuartal I 2023, ANJT dan entitas anaknya secara kolektif memiliki fasilitas pinjaman bank sejumlah setara dengan US$ 204,8 juta. Terdiri atas fasilitas pinjaman jangka pendek sejumlah US$ 66,6 juta dan fasilitas pinjaman jangka panjang sejumlah US$ 138,2 juta.

Saldo pinjaman bank perseroan pada akhir Maret 2023 senilai US$ 141,2 juta, meningkat sebesar US$ 6,6 juta dari US$ 134,6 juta pada akhir Desember 2022. Utamanya karena penambahan pinjaman bank jangka pendek sebesar US$ 5,3 juta pada kuartal I 2023.

"Perseroan masih mampu menjaga rasio utang terhadap ekuitas dan utang terhadap aset, masing-masing sebesar 0,44 dan 0,31," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi