Austindo rambah bisnis sagu dan biogas



JAKARTA. Harga komoditas yang terus merosot membuat PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencoba berbisnis di lini bisnis lain. Perusahaan yang belum lama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini akan mendorong bisnis sagu dan biogas.

Suwito Anggoro, Presiden Direktur Austindo mengatakan, saat ini ANJT tengah menyelesaikan pabrik pengolahan sagu di Papua. Pabrik itu akan berproduksi mulai November 2013. Perseroan ini menargetkan, kapasitas pabrik baru tersebut bisa mencapai 3.000 ton per bulan. Nilai investasi pabrik itu sebesar US$ 15 juta atau sekitar Rp 147,8 miliar.

Saat ini, ANJT memiliki lahan sagu seluas 40.000 hektar. Satu pabrik ini, mengakomodasi produksi sagu sekitar 8.000 hektar. Sehingga, ANJT menargetkan membangun lima pabrik sagu lagi dalam jangka pendek ini. "Setidaknya akan dibangun dua pabrik lagi setiap tahun," kata Suwito pada KONTAN, pekan lalu


Nantinya, produksi sagu ini akan diolah menjadi tiga jenis produk yakni tepung, kue kering, dan bihun. Awalnya, ANJT akan memasok produk ini ke pasar domestik dan mulai tahun depan akan memasarkan ke Jepang dan China.

Meski usaha sagu ini belum menopang bisnis ANJT secara signifikan, produksi sagu diharapkan bisa berkontribusi hingga 10% pada pendapatan ANJT tahun 2015. "Kalau untuk tahun ini dan tahun depan, kontribusinya masih belum besar," jelas dia.

Selain sagu, ANJT juga tengah mendorong bisnis energi terbarukan biogas atau power plant. Saat ini, ANJT sudah memiliki satu power plant dari biogas dengan kapasitas 1,2 megawatt (MW) di Belitung. "Sisa produksi kelapa sawit ini diolah menjadi aset, untuk meminimkan cost," imbuh Hadi Fauzan, Direktur ANJT. Nilai investasi power plant sekitar US$ 6 juta.

ANJT kini berencana membangun satu lagi power plant di Sumatera Utara dengan kapasitas 1,5 MW. Perseroan ini menjual listrik itu ke PLN setempat. "Rencananya mungkin bisa lebih tinggi dari 1,5 MW," jelas dia.

ANJT mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 60 juta di 2013. Belanja modal ANJT juga digunakan ekspansi penanaman baru kelapa sawit seluas 5.500 hektare (ha) dengan nilai tanam US$ 5.000 per ha. Total penanaman diharapkan bisa seluas 19.000 ha dalam tiga tahun. Sampai akhir 2012, perkebunan kelapa sawit yang telah ditanami 40.852 ha di Sumatera, Belitung, dan Kalimantan.

Suwito menjelaskan, belanja modal itu didapatkan dari hasil initial public offering (IPO) sebanyak Rp 400,02 miliar. Senin (17/6), harga ANJT stagnan di Rp 1.390.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana