Australia merusak hubungan di Asia Tenggara



JAKARTA. Australia bisa jadi bukanlah tetangga yang baik untuk Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Penyadapan yang dilakukan Australia dipandang telah merusak stabilitas kawasan oleh aksi spionase Australia.

"Hubungan di Asia Tenggara terjadi karena hubungan saling percaya, mutual trust. Gayanya Asean begitu. Australia merusak saling percaya itu. Jadi muncul saling curiga dan segala macam ," ujar Peneliti Centre of Strategic and International Studies (CSIS), Philips J. Vermonte, di kantornya, Senin(25/11) malam.

Indonesia dan Australia juga demikian halnya. Menurut Vermonte, Indonesia menjadi tameng bagi Australia untuk imigran atau pencari suaka atau penyelundupan manusia (people smuggling) ke Australia adalah berdasarkan kepercayaan saja.


"Selama ini kan yang terjadi berdasarkan trust saja, Indonesia percaya sama Australia, Australia percaya sama Indonesia. Itu indonesia menyediakan diri untuk membantu Australia menahan jalur orang-orang yang masuk ke Australia. Semua berdasarkan trust, nggak ada protokolnya," ujar Vermonte.

Vermonte melanjutkan objek penyadapan Australia menjadi tidak penting lagi karena merusak stabilitas tersebut. Bisa jadi, kata Vermonte, negara kangguru tersebut tidak hanya menyadap Indonesia.

"Hari ini kita lihat dari dokumen Snowden baru Indonesia (yang disadap). Tapi mungkin dengan negara lain dia juga melakukan," lanjut kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS itu.

Khusus hubungan Indonesia-Australia, Vermonte mengatakan hubungan kedua negara memang selalau naik turun. Australia tercatat melakukan beberapa tindakan penyadapan.

"Pertama hubungan Indonesia-Australia selalu seperti itu. Ada siklus dimana hubungan itu naik turun. Dulu 1974 Timor Timur. 1999 Timor Timur lagi dan sekarang ini. Selalu ada batu sandungan hubungan Indonesia-Australia," ujarnya.

Hubungan keduanya kembali memanas akhir-akhir ini paskabocornya informasi rahasia intelijen oleh Edward Snowden seorang agen NSA Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan