Australia soroti penggantian Rachmat Gobel



DARWIN. Langkah Presiden Joko Widodo menggeser lima menteri menjadi sorotan negara negara mitra dagang. Pengamat Indonesia dari Australia juga menyorot aksi Jokowi menggeser Rachmat Gobel dari posisi Menteri Perdagangan. 

Profesor Greg Fealy dari Australian National University mengatakan, pergantian Rachmat Gobel dinilai penting. Dia menilai, Gobel kekurangan kemampuan perencanaan dan kerap melakukan pengetatan yang tidak wajar. 

Fealy memberi contoh, aksi Gobel melarang impor pakaian bekas. Australia juga kena getahnya karena Indonesia mengetatkan impor sapi Australia hanya 50.000 ekor di periode Juli-September ini. 


"Tapi itu dimulai dari presiden yang ingin Indonesia mandiri dalam pangan. Siapapun yang jor-joran mengimpor akan memicu kemarahannya," kata Fealy dikutip Abcnews

Menteri baru

Fealy menilai, Thomas Lembong cukup pantas menduduki posisi Menteri Perdagangan lantaran selama ini menjadi penasihat ekonomi presiden di balik layar. 

"Pertanyaannya apakah dia bisa memangkas rantai birokrasi dan mengatasi tekanan politik dan ekonomi di sekitar pemerintahan Jokowi," kata dia. 

Harga daging sapi di Indonesia yang mencapai Rp 130.000 per kilogram dianggap sebagai imbas langkah Gobel memperketat impor. Belakangan, Indonesia malah memperbolehkan Bulog mengimpor lagi 50.000 sapi untuk memenuhi kekurangan.  

Asosiasi ternak sapi di Australia mengaku sempat berbicara dengan Gobel, meski akhirnya ada pergantian menteri. Dia menilai, kunjungan ke Indonesia tidaklah sia-sia.

"Pergeseran portofolio perdagangan bukanlah hal yang tidak biasa. Australia juga sama saja. Pertemuan ini berasal dari keinginan membangun kepercayaan, hubungan dan pengertian tentang apa yang terjadi di Indonesia dan Australia," kata Tracey Hayes dari Northern Territory Cattlemen's Association (NTCA) Australia.

Dalam pertemuan tersebut, Tracey bilang, Indonesia dan asosiasi peternak sapi mengkaji skema permintaan impor sapi Australia dengan kuota tahunan. Saat ini, kebutuhan sapi impor dihitung setiap tiga bulanan. 

Editor: Sanny Cicilia