Australia Terapkan Pembatasan Ekspor Batubara, Begini Dampaknya ke Emiten



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar batubara global saat ini diwarnai sentimen intervensi kebijakan Australia. New South Wales (NSW) akan meminta produsen batubara untuk mengalokasikan hingga 10% dari produksi mereka untuk konsumsi domestik, termasuk emiten yang berfokus pada pasar ekspor.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibunatama menilai, kebijakan ini merupakan sentimen positif bagi Indonesia. Sebab, Australia adalah pengekspor batubara terbesar kedua di bawah Indonesia. Pembatasan ekspor ini membuat semakin banyak negara di Eropa dan Asia yang lebih bergantung pada batubara Indonesia, dengan India dan China meningkatkan konsumsi batubara di tahun-tahun mendatang.

“Keputusan Australia untuk membatasi pasokan ekspornya akan menopang harga batubara yang sudah terpuruk pada kuartal ini,’ kata Ezar kepada Kontan.co.id, Selasa (24/1).


Baca Juga: Australia Keluarkan Kebijakan Batubara, Ini Saham-Saham yang Terdampak

Australia dan Jepang baru-baru ini membentuk aliansi militer untuk mencegah pengaruh China di kawasan Pasifik. Sementara itu, China juga telah mengurangi impor batubara dari Australia sejak tahun lalu meskipun China baru saja membuka kembali.

“Oleh karena itu, China harus lebih mengandalkan Indonesia sebagai pemasok utama batubara mereka,” sambung dia.

Ezar menyebut, sebagian besar industri batubara yang didominasi pasar ekspor dan memiliki batubara berkalori lebih tinggi akan terpengaruh karena harga batubara akan meningkat dengan menggunakan Indeks New Castle. Salah satunya adalah PT Indika Energy Tbk (INDY). Catatan Ezar, INDY memiliki tambang batubara berkalori tinggi yang dijalankan oleh anak usahanya, yakni PT Multi Tambangjaya Utama.

Dengan adanya tambang Multi Tambangjaya yang memiliki batubara berkalori tinggi, INDY akan mendapatkan keuntungan terbesar di bawah keputusan Australia untuk membatasi volume ekspornya.

Baca Juga: Dianggap Punya Prospek Kuat Tahun Ini, Simak Rekomendasi Saham Emiten Besi dan Baja

Ezar merekomendasikan beli saham INDY dengan target harga Rp 3.700. Target harga ini mencerminkan 1,03 kali dari EV/EBITDA 2022, yang dinilai masih cukup murah jika dibandingkan dengan median IDX Sektor Energi sebesar 5,49 kali.

Selain pemulihan peralihan dari kerugian bersih akibat lonjakan harga jual batubara dan volume penjualan, saham INDY dinilai atraktif karena upayanya dalam deleveraging yang berkelanjutan dan komitmennya untuk menjadi emiten net zero carbon pada tahun 2050. Oleh karena itu, Ezar berpendapat bahwa INDY layak untuk diberikan valuasi yang lebih premium.

Analis Samuel Sekuritas Juan Harahap memperkirakan intervensi ini akan menjadi katalis positif jangka pendek bagi industri batubara Indonesia, karena perlu waktu bagi Indonesia dan China untuk meningkatkan pasokan batubara mereka. Data menunjukkan bahwa emiten pertambangan batubara selalu mencatat volume produksi yang lebih rendah pada semester pertama  dibandingkan dengan semester kedua.

Baca Juga: Ramadan Segera Tiba, Simak Rekomendasi Saham yang Ketiban Berkah

Oleh karena itu, Samuel Sekuritas Sekuritas mempertahankan rating untuk sektor batubara dengan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebagai top pick. Juan menyematkan rekomendasi buy saham ADRO dengan target harga  Rp 4.100 per saham. Pertimbangannya, diversifikasi bisnis ADRO akan memberikan fleksibilitas pembiayaan dalam jangka panjang.

Samuel Sekuritas Sekuritas juga mempertahankan saham BUMI sebagai alpha top pick, dengan rekomendasi buy dengan target harga Rp 230 (EV/Reserve USD 2.3/ton), didorong oleh penurunan beban bunga sebesar 78,1% yoy menjadi US$ 36 juta. Penurunan beban bunga ini seiring dengan adanya pembayaran utang sebesar US$ 1,56 triliun melalui private placement atau non-preemptive rights (NPR)  pada kuartal keempat 2022.

Sementara itu, Juan menyematkan rekomendasi hold saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga Rp 38.000 dan hold saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp 3.700.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati