Australia: Vaksin Booster yang Lambat Bisa Lepaskan Gelombang Baru dari Omicron BA.2



KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Pihak berwenang Australia pada Senin (14/2) memperingatkan vaksinasi booster yang lambat bisa melepaskan gelombang infeksi baru di tengah ancaman dari Omicron sub-varian BA.2 yang sangat menular.

Melansir Reuters, Australia berjuang melawan kasus dan tingkat rawat inap yang mencapai rekor tertinggi selama gelombang Omicron. Tetapi, pandemi di negeri kanguru telah stabil selama enam minggu terakhir. 

Sebagian besar negara bagian di Australia telah melonggarkan aturan jarak sosial, dengan membatalkan kewajiban memakai masker di tempat-tempat dalam ruangan dan perusahaan meminta karyawan untuk kembali ke kantor.


Tapi, infeksi harian kemungkinan bisa berlipat ganda dalam empat hingga enam minggu ke depan karena BA.2 tampaknya akan menjadi jenis yang dominan, Menteri Kesehatan New South Wales Brad Hazzard mengatakan kepada ABC pada Senin (14/2)

"Bisa menyebabkan lebih banyak orang di rumahsakit dan lebih banyak orang mungkin meninggal," katanya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di China Melonjak, Kota Berpenduduk 17 Juta Ini Lockdown

Sekitar 20.000 kasus baru dilaporkan di Australia pada Senin (14/3) dengan empat kematian akibat Covid-19. Lebih dari 3,1 juta kasus dan 5.590 kematian telah dicatat sejak pandemi dimulai di negeri kanguru.

Menurut data resmi, hanya 57% orang di atas usia 16 tahun telah menerima dosis ketiga vaksin Covid-19 di New South Wales, rumah bagi sepertiga dari 25 juta orang Australia, tertinggal dari rata-rata nasional 65%.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berdasarkan data awal, mengatakan bulan lalu, varian Omicron BA.2 tampaknya lebih menular dari sub-varian BA.1.

Pakar kesehatan dan ahli epidemiologi telah meminta pihak berwenang untuk mempertimbangkan kembali penerapan beberapa pembatasan, termasuk wajib memakai masker di supermarket dan tempat-tempat dalam ruangan lainnya.

Namun, Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada akhir pekan lalu menyatakan, para pemimpin politik ingin pindah ke fase baru hidup dengan Covid-19 seolah-olah itu adalah flu biasa.

Editor: S.S. Kurniawan