Aviastar bidik pertumbuhan penumpang 40%



JAKARTA. Berbekal Surat Izin Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal (SIUAU) nomor SIUAU/NB-022 yang diteken Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kemarin, PT Aviastar Mandiri memulai babak barunya dalam bisnis penerbangan di Indonesia.Maklum, Aviastar selama ini lebih dikenal sebagai maskapai tidak berjadwal alias carter. Bahkan Presiden Direktur Aviastar Bayu Sutanto, belum lama ini dikukuhkan sebagai Ketua Maskapai Penerbangan Tidak Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA).Tertarik untuk mengetahui lebih detil strategi pengembangan bisnis Aviastar dengan status barunya sebagai maskapai berjadwal, KONTAN menyambangi kantor sang Presiden Direktur di daerah Kalimalang, Jakarta Timur.

Berikut nukilannya:- Apa yang mendasari keputusan Aviastar menjadi maskapai berjadwal?Kami berubah karena tuntutan bisnis, bahwa sebagai maskapai carter layanan yang kami berikan terbatas. Kami hanya melayani rute-rute yang tidak dilayani oleh maskapai berjadwal.Meskipun di kalangan maskapai carter sendiri juga berlaku mazhab lain. Misalnya Travira Air yang fokus bisnis nya adalah melayani penerbangan untuk kebutuhan perusahaan migas, sehingga bisa berkembang disitu. Namun, untuk melayani perusahaan migas harus melalui proses tender, audit dan sebagainya. Selain itu requirement nya tinggi dan pesawat yang digunakan harus relatif baru. Tapi itu semua pilihan bisnis masing-masing maskapai.- Aviastar identik melayani penerbangan di Indonesia bagian Timur. Apakah setelah mengantongi SIUAU Berjadwal, akan menggarap bagian Barat?Kami tetap fokus di Indonesia Timur, karena kebutuhan transportasi masyarakat disana tinggi. Sebutlah di Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku dan Papua yang berkontur kepulauan. Di daerah-daerah itu tentu moda angkutan darat tidak bisa berkembang dan moda angkutan laut sangat terbatas memberikan layanan. Bagi masyarakat yang ingin bepergian secara cepat, tentu angkutan udara menjadi jawaban.Lalu dari sisi kompetisi, belum banyak maskapai yang main di Indonesia Timur. Sehingga potensi pasar yang bisa dikembangkan sangat besar. Selain itu Kemenhub juga mendukung pengembangan angkutan udara di Indonesia Timur. Menteri Perhubungan sempat bilang, bahwa instansinya hanya akan menerbitkan SIUAU bagi maskapai yang ingin melayani Indonesia Timur.Sebetulnya di Indonesia Barat ada peluang yang belum digarap. Misalnya penerbangan lintas batas Malaysia ke Selat Malaka seperti Malaka-Palembang dan Malaka-Bandung. Lalu di daerah Nias maupun Gunung Sitoli. Untuk jangka menengah, kami akan melayani rute-rute ini.- Mengapa Malaka?Malaka ini memiliki fokus menjadi medical tourism destination. Selain Kuala Lumpur, banyak orang Indonesia yang berobat ke Malaka. Katanya selain dokter dan fasilitas kesehatan disana bagus, sejumlah tempat pengobatan lebih murah tarifnya dibanding Jakarta. Mungkin karena pemerintah Malaysia benar-benar menjual itu. Selain itu, tingginya pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia menjadi pertimbangan lain. Bayangkan, setiap tahun Indonesia mengirimkan sekitar 1,5 juta TKI resmi. Sementara yang tidak resmi sekitar 1 jutaan orang. Namun, masih banyak TKI ini yang menggunakan moda transportasi laut. Pasar inilah yang mau kami ambil.- Berapa jumlah rute yang nantinya akan dilayani Aviastar ke depan?Kami berencana untuk melayani 120 rute domestik dan 12 rute internasional seperti yang kami laporkan dalam lampiran SIUAU. Namun kami akan melayaninya secara bertahap sampai 2015 nanti.Untuk tahap awal, rute-rute andalan Aviastar antara lain Denpasar-Labuanbajo, Denpasar-Mataram, Denpasar-Tambolaka, Kupang-Tambolaka, Kupang-Waingapu, Kupang-Maumere, Kupang-Ende, Jakarta-Lubuklinggau, Lubuklinggau-Palembang, Palembang-Padang, Palembang-Pangkal Pinang, Palambang-Malaka dan Palembang-Bandung.Sementara rute internasional akan dikerjakan belakangan. Kami berencana membuka 12 rute internasional, antara lain Jakarta-Kuala Lumpur, Medan-Kuala Lumpur, atau Malaka-Palembang. Sekarang kami sudah bisa melayani tetapi denga skema carter.- Sesuai Undang-Undang Nomor 1/2009 tentang Penerbangan, maskapai berjadwal diharuskan mengoperasikan sepuluh pesawat dengan lima berstatus milik pada awal 2012. Bagaimana status pesawat Aviastar sekarang?Tidak masalah, karena saat ini kami sudah memiliki enam pesawat. Terdiri dari dua unit BAE 146-200 dan empat unit DHC-6 Twin Otter. Tahun ini kami berencana membeli dua unit pesawat lagi, satu BAE dan satunya lagi antara Fokker 50 atau ATR 42. Saat ini kami sedang negosiasi harga dengan penjual. Satu unit BAE sekitar US$ 2,5 juta sampai US$ 3 juta. Sementara Fokker sekitar US$ 2,5 jutaan.Lalu pada 2011 kami mengambil opsi untuk menyewa dua lagi pesawat dengan jenis yang sama. Tetapi kalau ternyata respon pasarnya bagus, kami bisa sewa lebih dari dua.- Berubah menjadi maskapai berjadwal apakah ada target khusus yang ditetapkan manajemen Aviastar?Dengan izin berjadwal kami menargetkan jumlah penumpang bisa naik 40%. Tahun lalu jumlah penumpang kami 91.000 orang, tahun ini targetnya 200.000 penumpang. Lalu pada 2011 kami menargetkan bisa mengangkut 500.000 orang.Kenaikan sebesar 40% didorong oleh pembukaan rute berjadwal yang bisa kami layani secara teratur lalu melalui penambahan kapasitas dari bertambahnya jumlah pesawat. Sebagai maskapai berjadwal, kami bisa menerbitkan dan menjual tiket. Kalau tadinya kan sebagai maskapai carter kursi kita di blok oleh travel agent. Apalagi meskipun mengantongi SIUAU berjadwal, bisnis pesawat carter kami tidak mati dan masih boleh melayani penerbangan carter.- ASEAN Open Sky akan berlaku penuh 2015, apakah Aviastar memiliki strategi khusus untuk memanfaatkan itu?Kami berencana untuk bekerjasama dengan maskapai lain sebagai feeder atau commuter flight (penerbangan penghubung) dari kota hub ke kota spoke (kota-kota di sekitar kota besar).Sekarang sebenarnya sudah dimulai dengan Garuda Indonesia. Contohnya di Palangkaraya, jadwal penerbangan dari tujuh kota sekitar yang kami layani terkoneksi dengan penerbangan Garuda dari Palangkaraya. Yaitu Kuala Kurun, Kuala Kambuan, Buntok, Muara Tewe, Puruk Cahu, Puntok, dan Pangkalan Bun. Penumpang dari kota-kota itu kami bawa ke Palangkaraya.Nantinya kalau kami sudah menjadi pemain feeder yang kuat, akan kami arahkan untuk menjadi kerjasama code share dengan maskapai asing.Dengan berubah menjadi maskapai berjadwal, pekerjaan rumah kami selain menambah armada adalah harus membangun sistem ticketing baik dengan travel maupun agen penjualan lainnya. Serta menambah rute baru.Nantinya kami akan melaporkan ke Kemenhub bahwa kami akan memberikan jenis layanan medium dan mengikuti seluruh ketentuan tarif dalam KM 26/2010 tentang Tarif Batas Atas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: