Jakarta. Investor memburu instrumen konservatif di awal tahun. Data Infovesta Utama , unit penyertaan reksadana pasar uang tumbuh 29,25%
year to date April 2016 atau tertinggi ketimbang jenis lainnya. Unit penyertaan reksadana pasar uang tumbuh dari 20,611 miliar unit pada Desember 2015 menjadi 26,63 miliar unit pada April 2016. Reksadana pendapatan tetap juga mencatat pertumbuhan unit penyertaan tinggi sebesar 12,31% dari 33,16 miliar unit menjadi 37,24 miliar unit. Demikian juga dengan instrumen konservatif lainnya, yakni reksadana terproteksi yang mencatat pertumbuhan unit penyertaan 13,77% dari 58,011 miliar unit menjadi 66 miliar unit.
Sementara itu, unit penyertaan reksadana saham hanya tubuh 2,23% dari 52,57 miliar unit menjadi 53,74 miliar unit pada periode yang sama. Unit penyertaan reksadana campuran juga hanya tumbuh 0,67% dari 13,11 miliar unit menjadi 13,19 miliar unit. Pertumbuhan tinggi juga terjadi pada dana kelolaan reksadana pasar uang sebesar 29,66% dari Rp 23,73 triliun menjadi Rp 30,7 triliun pada akhir April 2016. Demikian juga dengan reksadana pendapatan tetap dan terproteksi yang mencatat pertumbuhan masing-masing 18,07% dan 15,85%. Adapun dana kelolaan reksadana saham dan campuran masing-masing tumbuh 3,46% dan 5,99%. Dana kelolaan reksadana indeks justru mencatat minus 6,8% secara YTD April 2016. Catatan Infovesta, unit penyertaan YTD April 2016 tumbuh 10,36% dari 181,93 miliar unit menjadi 200,77 miliar unit. Sedangkan total dana kelolaan tercatat tumbuh 11,31% dari Rp 258,85 triliun menjadi Rp 288,12 triliun. Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo mengatakan tekanan pasar saham di awal tahun memicu investor memilih instrumen dengan risiko rendah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya tercatat naik 5,35% dari level 4.593 di akhir 2015 menjadi 4.838 di akhir April 2016. "Reksadana pasar uang, pendapatan tetap dan terproteksi memiliki tingkat risiko yang relatif lebih rendah sehingga investor masuk," ujar Beben. Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengaku mayoritas dana masuk atau subscrition terjadi pada reksadana pasar uang dan pendapatan tetap di awal tahun ini. "Kedua reksadana tersebut mencatat subscription lebih banyak dibandingkan reksadana saham," ujar Soni, Jakarta, Minggu (22/5). Rudiyanto, Head of Operation dan Business Development Panin Asset Management mengatakan kenaikan dana kelolaan dan unit penyertaan reksadana pasar uang ditopang oleh masuknya investor baru. "Dana kelolaan reksadana pasar uang kami masih kecil, sehingga penambahan dana kelolaan merupakan kontribusi investor baru," ujar Rudiyanto. Genjot dana kelolaan Panin Asset Management menargetkan bisa menggenggam kenaikan dana kelolaan menjadi Rp 16 triliun di akhir tahun. Rudiyanto optimistis kenaikan akan ditopang oleh membaiknya kinerja IHSG. Sejumlah program pemerintah seperti realisasi tax amnestym kenaikan peringkat Indonesia serta membaiknya laporan keuangan emiten di kuartal II diprediksi akan menopang pertumbuhan IHSG, "Dana kelolaan kami saat ini berkisar Rp 11 triliun, dimana ditopang sekitar 80% merupakan reksadana saham dan 15% berupa reksadana campuran, sisanya reksadana lainnya," tutur Rudiyanto.
Sedangkan Soni mengatakan, Bahana menargetkan dana kelolaan bisa tubuh menjadi Rp 34 triliun atau naik dari posisi April 2016 yang berkisar Rp 33 triliun. Menurut Beben, reksadana dengan risiko rendah seperti pendapatan tetap dan terproteksi masih akan menjadi penopang pertumbuhan dana kelolaan dan unit penyertaan sepanjang tahun ini. Pasalnya, kedua reksadana tersebut lebih dilirik oleh investor ketimbang lainnya. "Sedangkan untuk reksadana saham, diprediksi ada peluang kenaikan unit penyertaan mengingat strategi investor untuk melakukan
averaging ketika terjadi
unrealized loss dengan tujuan bisa mengurangi
unrealized loss tersebut," ujar Beben. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto