JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh di tengah aksi jual yang melanda bursa regional dipicu isu Brexit dan Federal Reserve, Senin (13/6). Mengacu data Bloomberg, indeks ditutup terkoreksi 0,84% ke level 4.807,226. Tadi pagi, IHSG dibuka pada level 4.838,020 dan sekaligus menjadi level tertinggi pada perdagangan awal pekan ini. Frekuensi perdagangan saham mencapai 187.606 kali transaksi dengan total jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 7,76 miliar lembar saham senilai Rp 4,02 triliun. Terdapat 77 saham naik, 216 saham turun, dan 91 saham tidak bergerak nilainya atau stagnan.
Sektor minyak dan gas memimpin penurunan sebesar 1,97% dan diikuti konsumer turun 1,64% serta basic materials. Sementara hanya sektor telekomunikasi yang menghijau atau naik 0,12%. Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, tekanan dari bursa saham eksternal membuat IHSG turut bergerak di area negatif, melanjutkan tren penurunan yang sudah berlangsung semenjak pekan lalu. "Bursa saham di kawasan Asia bergerak turun akibat harga minyak mentah dunia yang terkoreksi, kondisi itu menjadi salah satu faktor yang memberikan tekanan pada IHSG," katanya mengutip dari Antara. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin sore ini, berada di level US$ 48,47 per barel, turun 1,22%. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi US$ 50,06 per barel, melemah 0,95%. Jepang hingga China Sementara itu, bursa saham Jepang hingga China tenggelam hari ini, dengan indeks acuan Asia bersiap untuk penurunan terbesar sejak Apri. Dipicu oleh ketidakpastian menjelang pertemuan bank sentral dan suara U.K. meninggalkan Uni Eropa mendorong permintaan terhadap aset haven. Indeks acuan di Tokyo dan Shanghai anjlok lebih dari 3% untuk penurunan terbesar sejak Februari. Sedangkan, indeks MSCI Asia Pacific merosot 2% ke level 127,51 pada pukul 16.05 waktu Hong Kong. Pasar bergejolak karena investor berhati-hati sebelum pertemuan Federal Reserve dan Bank of Japan pekan ini. Diperparah jelang referendum Brexit pekan depan yang bisa mengacaukan pasar. "Semuanya telah dibajak oleh orang Inggris. Ini sangat sulit untuk meyakinkan orang untuk memiliki keyakinan sebelum pemungutan suara terjadi. Ini menjadi mantra ketidakpastian bagi Uni Eropa selam bertahun-tahun jika Brexit terjadi,” kata Ken Peng, analis Citi Private Bank.
Hari ini, indeks Topix Jepang jatuh 3,5% karena yen melonjak 0,8 % karena potensi Brexit memicu permintaan untuk aset
safe haven. Sebuah mengukur volatilitas pada Nikkei 225 Stock Average melompat paling dalam empat bulan. Aksi jual saham di Bursa Efek Tokyo melonjak ke 47,1 % pada Jumat, tertinggi dalam catatan akan kembali ke 2008, menurut data pertukaran yang dikumpulkan oleh
Bloomberg. Indeks Shanghai Composite tenggelam 3,2 % dan indeks Hang Seng China Enterprises saham daratan diperdagangkan di Hong Kong kembali terkapar 4,5%, terdalam sejak Februari. Investasi aset tetap China dalam lima bulan pertama 2016 membuntuti perkiraan 38 ekonom, data resmi menunjukkan Senin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto